Indonesia Dorong Konservasi Terumbu Karang di Forum Internasional

Terumbu karang dan keanekaragaman hayati di laut (dok. greenpeace)

Jakarta, Villagerspost.com – Indonesia terus mendorong konservasi terumbu karang dalam dunia internasional. Salah satunya melalui forum Monaco Ocean Week 2019 yang diselenggarakan di Monte Carlo, Monaco, pada 24-30 Maret 2019 lalu. Pemerintah Indonesia yang diwakili Kementerian Kelautan dan Perikanan, dalam kesempatan itu ikut menekankan pentingnya peran Kawasan Konservasi Perairan (Marine Protected Area/MPA) untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

“Hal itu perlu dioptimalkan dengan memastikan bahwa pengelolaan MPA berjalan secara efektif dalam melakukan fungsinya,” kata Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Brahmantya Satyamurti Poerwadi, Senin (8/4).

Peran kawasan konservsi ini, kata Brahmantya, di antaranya yaitu melindungi keanekaragaman hayati, pemanfaatan jasa lingkungan, dan melibatkan masyarakat di sekitarnya dengan tepat, khususnya generasi muda, untuk membantu mengawasi dan mengelola MPA dengan adaptif. “Selain itu, kita juga membahas aksi-aksi yang bisa kita lakukan untuk membangun political willingness dari pemerintah, pelaku bisnis, maupun masyarakat di tiap-tiap negara supaya tantangan akan perlindungan spesies lintas-batas dapat diatasi,” ujarnya.

Brahmantya menambahkan, forum juga membahas perlunya memiliki kerangka Ekonomi Biru (Blue Economy) untuk mengkoneksikan pemanfaatan jasa lingkungan dalam agenda pengelolaan sumber daya alam. Blue Economy adalah gerakan ekonomi yang mendorong pemanfaatan sumber daya lokal melalui beragam inovasi agar semaksimal mungkin memberikan nilai tambah bagi peningkatan ekonomi, kualitas hidup manusia, penciptaan lapangan kerja, dan terutama penghematan sumber daya yang berkelanjutan.

Blue Economy mendorong agar semua sumber daya alam tidak ada yang terbuang, bahkan bahan sisa produksi bisa didaur ulang untuk dijadikan produk baru. Dalam kesempatan itu, delegasi Indonesia juga bertemu dengan International Coral Reef Initiative (ICRI) guna membahas inisiatif-inisiatif yang perlu dilakukan untuk mencapai target pengelolaan terumbu karang yang telah disepakati secara internasional.

Dalam kesempatan itu, Brahmantya menyampaikan rencana aksi dan langkah strategis Indonesia untuk menanggulangi perdagangan ikan karang hidup untuk konsumsi (Live Reef Fish Food Trade/LRFFT). “Perdagangan ikan karang hidup untuk konsumsi ini marak terjadi di negara-negara Asia Pasifik. Menurut laporan, sekitar 15-20 spesies ikan karang diperdagangkan secara unreported dan unregulated ke Hong Kong dan Cina. Kondisi ini tentu mengancam keberlanjutan ikan karang kita dan secepatnya harus kita hentikan,” tandasnya.

Keberadaan terumbu karang menjadi isu yang disoroti oleh Indonesia saat ini karena dalam beberapa dekade terakhir, dunia telah kehilangan sekitar 50% terumbu karang akibat perubahan iklim dan ulah manusia. Padahal, terumbu karang yang menjadi rumah bagi seperempat dari seluruh spesies laut di dunia hanya ada pada 1% dari total area laut dunia.

Brahmantya menambahkan, Indonesia juga telah meloloskan sejumlah resolusi terkait terumbu karang di tingkat Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Sidang Umum Lingkungan PBB (UNEA). Pada tahun 2016, Indonesia berhasil meloloskan Resolusi 2/12 berisi arah kebijakan Terumbu Karang menyongsong tahun 2030 di Sidang UNEA-2.

Keberhasilan itu dilanjutkan dengan diterimanya rancangan resolusi ‘Tata Kelola Terumbu Karang Berkelanjutan’ yang diajukan oleh Pemerintah Indonesia pada sidang UNEA-4 pada bulan Maret kemarin. “Kita akan terus kawal agar penanggulangan isu terumbu karang ini dapat menjadi perhatian global,” pungkasnya.

Kepala Badan Riset dan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP) Sjarief Widjaja mengatakan, dalam pertemuan yang dihadiri oleh berbagai organisasi internasional seperti UN-OECD, Lembaga Riset Spanyol, Perancis, Plymouth University, dan Monaco Exploration, Indonesia menjadi satu-satunya negara Asia yang turut serta. “Kita turut memberikan masukan dan pandangan berdasarkan pengalaman yang kita hadapi di Indonesia. Tentu menjadi sebuah kebangaan juga bagi Indonesia untuk merepresentasikan Asia,” jelas Sjarief.

Pertemuan menghasilkan beberapa poin mengenai komitmen Lembaga Penelitian Kelautan Eropa. Salah satunya yaitu untuk membuat hasil-hasil penelitian dapat lebih dipahami oleh masyarakat sehingga berbagai riset yang selama ini telah dicapai, tidak sebatas menjadi konsep, melainkan dapat diimplementasikan di lapangan.

Selain mengikuti berbagai pertemuan dalam forum, delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia, Sjarief Widjaja, melakukan petemuan bilateral dengan Center Scientifique de Monaco (CSM). Mewakili KKP, ia mengajukan 4 proposal penelitian, concept paper, dan pengelolaan akuarium untuk dipertimbangkan oleh CSM.

“Kita harapkan, nantinya berbagai program yang ada di dalam proposal itu bisa dilaksanakan bersama-sama antara peneliti Monako dan Indonesia,” ucap Sjarief.

Sjarief juga menawarkan dua fasilitas pusat penelitan dan peralatan di Indonesia yang dapat dimanfaatkan bersama oleh kedua negara untuk mempercepat penanggulangan isu-isu kelautan dan perikanan global yang tengah mengancam saat ini. “Kita punya Pangandaran Integrated Aquarium and Marine Resarch Institute (PIAMARI) di Pangandaran dan Morotai Integrated Aquarium and Marine Research Institute (MIAMARI) di Morotai. Ini dapat kita gunakan bersama untuk mencapai penelitian bersama,” ujarnya.

Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.