IPB: Kolaborasi dengan Pesantren, Kita Bisa Swasembada Pangan
|
Magelang, Villagerspost.com – Klinik Tanaman IPB punya tradisi panjang dalam pelayanan petani untuk menangani masalah kesehatan tanaman. Hubungan dengan petani sudah terbina selama puluhan tahun. Sejak tahun 2017 Klinik Tanaman IPB memulai tradisi untuk melakukan kegiatan Klinik keliling yang menjangkau ratusan tempat di Jawa.
Sejak tahun 2014, LPPM IPB mewadahinya dalam bentuk Klinik Pertanian Nusantara (Klinik Tanaman, Klinik Kesehatan Hewan, Klinik Nutrisi Ternak) sehingga cakupan kegiatannya menjadi lebih besar. Membangun pertanian haruslah dimulai dari menguatkan kapasitas petaninya. Setinggi apapun teknologi yang dimiliki tidak akan berguna jika penggunanya tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup.
Pesantren merupakan salah satu kelembagaan masyarakat yang memiliki peran penting terutama dalam mencetak petani muda berkualitas. Hal inilah yang mengemuka dalam kegiatan klinik pertanian nusantara yang diselenggarakan di Pesantren Ushuludin, Salaman, Magelang, Senin (8/10).
Klinik pertanian di pesantren ini diikuti tidak kurang dari 150 orang alumni ponpes, 5 mahasiswa dan 7 orang dosen bidang Ilmu Tanah, peternakan, teknologi pengolahan IPB. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian safari klinik pertanian nusantara, 8-13 Oktober 2018, di Magelang, Gunung Kidul dan Banyumas.
Menurut Dr Aji Hermawan, Kepala LPPM IPB, kegiatan ini merupakan bentuk kesiapan IPB bekerja sama dengan petani, pesantren dan para pihak lainnya. Kerja sama ini menjadi penting karena dapat menjadi jalan untuk menyebarluaskan banyak teknologi pertanian, perikanan, peternakan yang dihasilkan peneliti kepada para petani.
“Pesantren merupakan kelembagaan penting bagi pembangunan pertanian. oleh karena inilah IPB terus mengembangkan kerja sama dengan pesantren. Salah satu bentuknya seperti yang hari ini kami lakukan, yaitu layanan klinik pertanian” terang Aji kepada Villagerspost.com.
Kerja sama IPB dengan pesantren sudah dilakukan sejak tahun 2006 dengan pesantren ini. Maklum saja sebagian besar lulusan pesantren ini selain menjadi penggiat dakwah juga menjadi petani. Sayangnya secara teknis, para petani lulusan pesantren ini masih dihadapkan pada berbagai persoalan terutama terkait hama penyakit tanaman.

Suryo Wiyono, Ketua Departemen Proteksi Tanaman IPB mengatakan, kegiatan klinik tanaman di pesantren ini dilakukan untuk memberikan layanan bagi para petani terutama persoalan teknis budidaya. Diharapkan para petani muda lulusan pesantren ini mampu menyelesaikan persoalannya. Salah satunya melalui pendekatan budidaya biointensif.
“Dengan kegiatan ini kita berharap dapat menangkap dan mencari pemecahan masalah-masalah petani, santri dan alumni pesantren terkait dengan kesehatan tanaman. Dengan demikian usaha pertaniannya bisa berhasil,” tambah Suryo.
Sementara itu, Gus Mansyur, pimpinan Pondok pesantren Ushuludin mengemukakan, kegiatan ini sangat penting karena pesantren ini juga membekali santrinya dengan ilmu pertanian. saat ini tak kurang dari 90 persen alumni telah menjadi petani. Hadirnya kegiatan ini menjadi penguat karena untuk urusan teknis pertanian para santri dan alumni perlu dukungan dari lembaga riset seperti IPB.
“Kegiatan klinik tanaman nusantara ini merupakan kegiatan iqra, membaca. Kita sebagai mahluk sempurna diwajibakn untuk ‘membaca’ semua hal termasuk di bidang pertanian. jadi kegiatan ini juga mengajak para santri untuk lebih luas belajar dan ‘membaca’ termasuk di bidang pertanian,” sambung Gus Mansyur.
Kegiatan klinik tanaman nusantara ini menjadi agenda penting bagi IPB. Jika selama ini yang dibangun kerja sama dengan pihak swasta dan petani maka IPB juga memiliki model kerja sama akademisi, perguruan tinggi dan pesantren.
“Kerja sama tiga pihak ini merupakan terobosan model diseminasi. Harapannya informasi dan teknologi yang dihasilkan tersebar dan digunakan petani. Dengan demikian produksi pangan Indonesia terus meningkat. Kita bisa swasembada pangan,” tutup Aji.
Laporan/Foto: Ella A., Mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman IPB