Jabar 2015: Lingkungan Buruk, Pangan Terancam
|
Jakarta, Villagerspost.com – Kondisi lingkungan hidup di Provinsi Jawa Barat selama tahun 2015 ini dinilai tidak mengalami kemajuan yang signifikan baik di level provinsi maupun kabupaten/kota. Demikian catatan akhir tahun yang disampaikan Walhi Jawa Barat, terkait kondisi lingkungan hidup di Jabar.
Buruknya kondisi lingkungan hidup di Jabar ini juga membawa dampak pada terancamnya keamanan pangan di provinsi itu. Pasalnya, pembangunan yang tak memperhatikan aspek lingkungan ternyata telah mengancam wilayah yang selama ini menjadi sentra-sentra pangan Jawa Barat.
Ketua Walhi Jawa Barat Dadan Ramdan mengatakan, selain tidak ada kemajuan dalam pemulihan kondisi lingkungan hidup yang buruk serta upaya nyata mencegah pengrusakan lingkungan hidup di Jawa Barat, kasus-kasus ruang dan lingkungan hidup yang baru terus bermunculan.
Selama tahun 2015, berdasarkan laporan pengaduan yang masuk ke Walhi Jawa Barat, jumlah kasus-kasus tata ruang dan lingkungan hidup yang masuk di Jawa Barat mencapai 49 buah kasus dari 27 kabupaten/kota di Jawa Barat. “Kasus-kasus yang diadukan warga berupa kasus pertambangan, pencemaran air dan tanah, alih fungsi lahan, pembangunan properti, pembangunan pabrik semen, pembangunan PLTU, pelabuhan, waduk, jalan tol dan lain-lain,” kata Dadan dalam siaran pers yang diterima Villagerspost.com, Kamis (31/12).
Kasus-kasus ini, kata dia, membawa dampak signifikan salah satunya pada masalah ketahanan pangan. Salah satu problem mendasar yang dihasilkan dari kerusakan lingkungan ini adalah berkurangnya daerah tangkapan air dan terjadinya alih fungsi lahan.
Kerusakan dan semakin berkurangnya daerah tangkapan air di daerah aliran sungai (DAS) utama di Jawa Barat di Citarum, Ciliwung, Cimanuk, dan Cisanggarung, Citanduy, Cimandiri hingga tahun 2015 mencapai sekitar 279.000 hektare. “Berkurangnya daerah resapan/tangkapan air disebabkan oleh praktik alih fungsi lahan yang tidak dikendalikan,” urai Dadan.
Selain itu, berkurangnya daerah tangkapan air dan laju alihfungsi lahan juga berdampak pada semakin meningkatnya sedimentasi sungai. Kemudian dalam kasus alih fungsi lahan, selama tahun 2015, luasan lahan non hutan yang beralih fungsi di 27 kabupaten/kota di Jawa Barat mencapai 29.940 ha.
“Dari fakta lapangan, lahan-lahan hijau, resapan dan sawah produktif berubah menjadi lahan untuk pertambangan, pemukiman, pembangunan sarana properti komersil, industri, infrastruktur bendungan dan jalan tol, pelabuhan,” kata Dadan menerangkan.
Sedangkan alihfungsi kawasan hutan tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya di dominasi oleh pertambangan, pembangunan infrastruktur waduk, jalan tol, jalan. Luasan kawasan hutan yang beralihfungsi hingga tahun 2015 mencapai 28.900 ha.
Sedangkan pertambangan kawasan non hutan mencapai 340.000 ha. Kawasan hutan yang rusak akibat kebakaran hutan tahun 2015 mencapai 1.240 ha.
Alihfungsi lahan juga terjadi pada lahan pertanian. Lahan pertanian sawah di Jawa Barat terus menurun dari tahun ke tahun. Tahun 2015 luasan lahan sawah sekitar 23,49% menurun dari 26% di tahun 2010 dari total luasan Jawa Barat. Berikut adalah grafik penurunan lahan sawah hingga tahun 2015:
sumber: Walhi Jawa Barat 2015
Tentu, penurunan luasan lahan sawah berbanding lurus dengan penurunan produksi padi yang dihasilkan. Berikut penurunan produksi padi di Jawa Barat dengan rata-rata per ha produksi padi sebanyak 5 ton.
Sedangkan lahan pemukiman warga terus meningkat hingga tahun 2015. Grafik kenaikan lahan permukiman penduduk di Jawa Barat sebagai berikut: