Jaga Habitat, KKP Kembali Gelar Konferensi Tuna

Nelayan menangkap ikan tuna (dok. worldwildlife.org)
Nelayan menangkap ikan tuna (dok. worldwildlife.org)

Jakarta, Villagerspost.com – Tuna menjadi salah satu komoditas utama Indonesia dalam merebut pangsa pasar internasional. Pentingnya pengelolaan perikanan tuna dari hulu ke hilir untuk menjawab permintaan pasar dan menjaga habitat tuna menjadi fokus Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Karena itulah, pihak KKP kembali menyelenggarakan 2nd Bali Tuna Conference (BTC-2) dan 5th International Coastal Tuna Business Forum (ICTBF-5). Acara yang bakal dilangsungkan pada 19-20 Mei 2016 itu, menjadi salah satu komitmen KKP agar tuna tetap lestari. Acara ini bekerjasama dengan Ditjen Peningkatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan dan International Pole and Line Foundation (IPNLF).

(Baca juga: AP2HI Wajibkan Lacak Asal-Usul Ikan, Demi Masa Depan Perikanan Tuna)

Terkait penyelenggaraan kegiatan ini, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yakin dan percaya bahwa Indonesia akan memberikan kontribusi yang siginifikan dalam mencapai tujuan umum pengelolaan tuna secara global. Hal itu mengingat Indonesia menjadi salah satu negara produsen tuna terbesar di dunia yang memasok lebih dari 16 persen dari hasil tangkapan tuna untuk produksi tuna global.

“Hasil tangkapan tuna telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap produksi perikanan nasional Indonesia. Secara keseluruhan, total produksi rata-rata mencapai lebih dari 1 juta ton per tahun,” kata Susi dalam siarann persnya, Rabu (18/5).

Pemanfaatan tuna secara global memiliki tantangan yang semakin kompleks, antara lain dalam hal ketersediaan sumber daya perikanan. “Diperkirakan sekitar sepertiga persediaan tuna di alam ditangkap secara berlebihan, dan hanya duapertiga saja yang ditangkap dengan mengedepankan aspek kelestarian sumberdaya tuna di alam,” tegas Susi.

Direktur Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) Narmoko Prasmadji mengatakan, Indonesia kini tengah menghadapi tantangan baru dengan kekayaan laut yang berlimpah khususnya dalam produksi tuna. “Saat ini tuna sudah sangat tereksploitasi yang dapat berdampak buruk bagi kelangsungan sumberdaya dan habitat tuna,” kata Narmoko.

Narmoko melanjutkan, dari sudutĀ  perdagangan dan permintaan pasar, permintaan produk tuna tetap tinggi yang dapat mengakibatkan kapasitas hasil tangkapan yang berlebih signifikan dari armada penangkapan tuna yang ada (SOFIA, 2014). “Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dibuat rencana pengelolaan tuna yang efektif untuk mencegah tingkat kerusakan lebih lanjut,” ujarnya.

Acara konfrensi tuna, akan dihadiri 250 peserta yang berasal dari stakeholder perikanan tuna. Meliputi institusi pemerintah, industri penangkapan dan pengolahan tuna, asosiasi tuna, ilmuwan, akademisi, dan berbagai pihak yang terkait dengan perikanan tuna (retailer atau brand) ditingkat nasional mupun internasional.

Narmoko menjelaskan, melalui penyelenggaraan dua kegiatan ini, diharapkan terbangun sinergi kebutuhan untuk pemenuhan persyaratan pasar produk perikanan tuna dan tindakan pengelolaan yang perlu dilakukan mulai dari tingkat hulu sampai hilir. “Selain itu, juga dapat mempromosikan upaya pengelolaan tuna Indonesia yang saat ini dilakukan pada tingkat nasional kepada stakeholder perikanan tuna luar negeri,” pungkasnya. (*)

Ikuti informasi terkait ikan tuna >> di sini <<

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.