Jokowi: Impor Turun Petani Harus Sejahtera
|
Jakarta, Villagerspost.com – Presiden Joko Widodo mengatakan, saat ini pemerintah telah berhasil menurunkan jumlah impor berbagai komiditas pertanian. Beberapa komoditas seperti jagung, bawang dan daging sapi, menurut Jokowi nilai impornya sudah jauh menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Karena itu, Presiden yakin dalam 2-3 tahun mendatang penurunan nilai impor ini akan lebih kelihatan lagi. “Penurunan (impor) itu terjadi karena pemerintah fokus pada pertanian,” ujar Jokowi seperti dikutip presidenri.go.id, Sabtu (26/12).
Hanya saja menurut Presiden, penurunan impor saja belum cukup untuk dijadikan sebuah indikator keberhasilan pembangunan di bidang pertanian. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah kesejahteraan petani, sehingga apabila terjadi kenaikan harga gabah maka yang harus merasakan keuntungan dari kenaikan harga adalah petani.
“Saya lihat dari BPS nilai tukar petani dari bulan ke bulan mengalami kenaikan. Jangan sampai angka-angka hanya ABS (asal bapak senang-red), saya ikuti terus, karena ini menyangkut pro rakyat,” kata Presiden.
Jokowi mengingatkan tentang produk jagung di Nusa Tenggara Barat dan Ponorogo yang memiliki kapasitas produksi dan kualitas yang baik, tapi selama puluhan tahun kita mengimpor jagung. Padahal, kata Presiden, kita bisa menanam sendiri.
“Kenapa? Ternyata jawabannya kalau impor kita bisa bayar belakangan, padahal kebutuhan jagung sangat besar sekali. Padahal kalau bisa produksi sendiri, neraca perdagangan akan baik, kita tidak tergantung pada negara lain,” tutur Presiden.
Presiden juga menyinggung masalah ketela, dimana kebutuhan dalam negeri sebanyak 27 juta ton, yang bisa dipenuhi baru 3 juta ton, sehingga ada kekurangan sebesar 24 juta ton. “Ruang-ruang ini kenapa tidak kita garap, masih banyak kesempatan agar petani-petani menjadi sebuah produsen yang sejahtera,” ujar Presiden.
Presiden mengingatkan bahwa meski ada ruang untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri, tapi tetap harus fokus dan prioritas pada produk yang memberikan keuntungan, termasuk holtikultura. “Buah kita juga bagus, banyak permintaan, tapi supply tidak ada. Barangnya baik tapi kualitas tidak ada, ini masalah kita. Barangnya baik tapi pasca panennya tidak baik,” ujarnya.
Presiden mengatakan bahwa hal-hal kecil seperti ini seharusnya diatasi dengan memberikan pelatihan kepada petani agar proses pada pasca panen berjalan baik. “Hal seperti ini menjadi problem yang perlu dipecahkan bersama-sama,” kata Jokowi.
Sebelumnya saat menyambut kapal pengangkut ternak khususnya sapi KM Camara Nusantara 1 di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jokowi juga kembali menyinggung soal swasembada daging sapi. Jokowi berharap, harga daging sapi akan mengalami penurunan dengan adanya kapal yang memiliki kemampuan angkut hingga 500 ekor sapi ini.
Sebelum menggunakan kapal pengangkut ternak, biaya pengiriman satu ekor sapi berkisar antara Rp1,5 juta hingga Rp1,8 juta. “Sekarang menjadi Rp330 ribu per ekor sapi. Ini yang sering kita bilang tol laut seperti ini,” ujar Presiden Jokowi.
Dia mengatakan dengan adanya kapal ini, efisiensi biaya yang tercipta mencapai sebesar 82%! “Situasi ini tentu menguntungkan baik bagi peternak yang komponen biaya logistiknya menurun maupun konsumen yang akan mendapatkan harga pembelian akhir yang lebih murah,” ujarnya.
Kalaupun terjadi dinamika harga yang disebabkan karena proses permintaan dan penawaran di pasar, hal tersebut diharapkan tetap tidak akan mengurangi keuntungan baik bagi peternak maupun maupun masyarakat sebagai konsumen. Harga daging sapi, secara umum, diharapkan akan menurun seiring dengan efisiensi biaya logistik. (*)