Kekerasan di Yaman Meningkat, Harga Makanan dan BBM Meroket
|
Jakarta, Villagerspost.com – Krisis politik dan konflik tak berkesudahan di Yaman selama empat tahun belakangan ini nyata telah membawa kesengsaraan mendalam bagi warga Yaman. Laporan terbaru yang diterima Villagerspost.com dari Oxfam menyebutkan, harga makanan dan bahan bakar meroket luar biasa. Harga makanan telah meningkat dua kali lipat sementara bahan bakar meroket hingga empat kali lipatnya.
Oxfam menyebutkan, suplai bahan bakar sangat menipis. Solar, khususnya, adalah kebutuhan yang sangat mendasar di Yaman, tak hanya untuk transportasi dan distribusi makanan, tetapi juga untuk memompa air untuk irigasi, minum dan mencuci. Di Aden, kelangkaan bahan bakar telah melumpuhkan proyek penyediaan air setempat, memutus aliran air ke seluruh warga.
Country Director Oxfam Yaman Grace Ommer mengatakan, peningkatan kekerasan di Yaman saat ini telah meningkatkan tekanan bagi kehidupan 16 juta warga Yaman yang memerlukan bantuan. Sayangnya akses kemanusiaan bagi kebanyakan warga yang membutuhkan bantuan pokok saja masih sangat sulit karena konflik tersebut.
“Konflik ini telah merobek Yaman. Oxfam mengimbau semua pihak yang berkonflik di Yaman untuk segera mengakhiri konflik dan kekerasan dan mengizinkan pengiriman makanan dan bahan bakar kembali,” kata Grace dalam siaran pers yang diterima Villagerspost.com, Kamis (16/4).
Untuk harga makanan, gandum contohnya, di kota Hodeideh pekan lalu dijual seharga US$0,50 per kilogram, kini naik menjadi US$1,10 di beberapa pasar di kota itu dan harga tersebut masih terus merangkak naik. Sementara harga solar yang disubsidi resmi mencapai US$0,70 per liter dan saat ini dijual di pasar gelap seharga US$2,80 per liter itupun semakin sulit untuk ditemukan.
Sebagai respons atas konflik yang terjadi, Oxfam telah membagikan bantuan uang tunai bagi 4000 rumah tangga atau sekitar 28.000 penduduk untuk membantu mereka membeli kebutuhan pokok. Oxfam juga mengirimkan bantuan penampung air dan penyaring untuk are Hodeideh dan mengirimkan truk bantuan air bersih ke wilayah rentan. Oxfam berencana menyediakan bantuan bagi 80.000 orang dalam pekan berikutnya dan akan meningkat ke angka 1 juta orang ketika akses untuk itu tersedia.
Impor pangan dan bahan bakar ke Yaman berhenti sejak eskalasi kekerasan meningkat dua pekan lalu akibat terjadinya rute jalan darat, laut dan udara ke negeri itu. Yaman menggantungkan diri pada impor untuk memenuhi 80 persen kebutuhan konsumsinya dengan 90 persen diantaranya adalah makanan pokok seperti gandum, sementara beras 100 persen diimpor.
“Saat ini semakin sulit untuk mencari gandum dan tak lagi berharap ada pengiriman,” kata Abdurrahman, seorang penjaga toko di kota Hodeideh.
Sebelum terjadinya eskalasi kekerasan ini saja, sudah lebih dari 10 juta penduduk Yaman (hampir setengah populasi negara itu) mengalami kelaparan setiap harinya. Kelangkaan impor saat ini semakin membuat harga makanan dan bahan bakar menjadi tak terjangkau oleh masyarakat. (*)