Kementan Impor Jagung 730 Ribu Ton untuk Industri Makanan dan Minuman
|
Jakarta, Villagerspost.com – Selain mengimpor jagung untuk kebutuhan pakan ternak, Kementerian Pertanian ternyata juga mengimpor jagung sebanyak 730 ribu ton pada tahun 2018 lalu. Hanya saja, impor jagung tersebut untuk bahan baku industri makanan dan minuman, gluten dan sweetener.
Direktur Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan), Bambang Sugiharto mengatakan, seiring dengan perkembangan industri dalam negeri, rata-rata impor jagung jenis ini mencapai 500 hingga 700 ribu ton per tahun. Jagung ini adalah jenis jagung industri yang berbeda dengan jagung pakan ternak.
Jagung untuk industri sebagian besar juga diproses wet milling menjadi bahan pangan dan bahan industri lainnya terus diekspor. Jadi ada nilai tambah dari jagung ini. “Ke depan jenis jagung untuk bahan industri ini dengan varietas benih dan teknologi tertentu dapat kita produksi sendiri,” kata Bambang, dalam siaran pers yang diterima Villagerspost.com, Selasa (22/1).
Dia menegaskan, impor jagung ini berbeda dengan impor jagung untuk pakan ternak. Sesuai Permendag 21 tahun 2018, importasi jagung untuk pakan ternak diputuskan melalui Rapat Koordinasi Bidang Perekonomian dan proses impor melalui penugasan ke BUMN.
Pada 2018 diputuskan impor jagung pakan ternak 100 ribu ton dengan realisasinya pada akhir 2018 sebesar 73 ribu ton dan sisanya direalisasikan pada awal 2019. “Artinya impor jagung pakan ternak di 2018 itu hanya 73 ribu ton, realisasi impornya dilakukan Bulog. Selebihnya jagung untuk kebutuhan industri. Mekanisme importasi jagung pakan ternak memang berbeda dengan impor jagung pangan dan industri,” ujar Bambang.
Bambang menjelaskan, impor jagung pakan ternak 73 ribu ton disediakan pemerintah sebagai stok peternak. “Bagi peternak yang setiap saat membutuhkan tinggal membeli ke BULOG. Namanya sebagai cadangan, ya dijadikan stok saja, bila tidak dipakai,” tuturnya.
Meski masih mengimpor jagung, Bambang menegaskan, Kementan juga sudah menggalakkan ekspor jagung. “Penting untuk menjadi catatan kita semua, empat tahun lalu, Indonesia impor jagung 3,5 juta ton nilainya Rp10 triliun. Kemudian 2016 impor menurun drastis hingga 2017 tidak ada impor jagung pakan ternak,” ujarnya.
Untuk tahun 2018, kata Bambang, Indonesia mengekspor jagung sebanyak 341 ribu ton. “Artinya di 2018 produksi jagung surplus. Jadi kita harus holistik melihat kondisi jagung,” kata Bambang.
Lebih lanjut Bambang menambahkan, pada Januari 2019 beberapa daerah sentra produksi tengah memasuki musim panen jagung yang akan berlangsung hingga bulan April. Pada puncak panen yakni Maret dan April, dipastikan produksi melimpah dan untuk melindungi petani pemerintah akan mengekspor jagung. “Jadi di saat musim panen, kita ekspor jagung. Ini penting agar harga tetap stabil atau menguntungkan petani,” pungkasnya.
Editor: M. Agung Riyadi