Kendari dan Konawe Selatan Jadi Pusat Kejayaan Kembali Kakao Indonesia

Tanaman kakao tengah berbuah (dok. bbihp.kemenperin.go.id)

Jakarta, Villagerspost.com – Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto mengatakan, wilayah Sulawesi Tenggara, khususnya Kabupaten Kendari dan Konawe Selatan bakal menjadi kawasan sentra pengembangan kakao di Indonesia. “Di sana kita akan mendorong kembali kejayaan kakao Indonesia,” ujar Prihasto, Kamis (17/10).

Sulawesi Tenggara sendiri memiliki luasan kebun kakao hingga 257.789 hektare. Luasan ini terdiri dari 42.229 hektare tanaman kakao belum menghasilkan (TBM), 135.831 hektare tanaman menghasilkan (TM) dan 79.729 hektare tanaman kakao tidak menghasilkan atau rusak.

“Luas perkebunan milik rakyat di Kecamatan Angata ada 800 hektare yang digarap dengan menggunakan teknologi sambung samping. Jadi, pada saat musim kemarau pun petani masih bisa panen, bahkan sekarang ini sudah terlihat buah kakaonya,” tambah Prihasto.

“Semoga November ini petani sudah siap panen. Ini off season ya. Kakao ini biasanya panen di Juni,” tambahnya.

Dalam kesempatan itu, Prihasto juga menegaskan, peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) yang akan berlangsung pada 2-5 November 2019, akan dipusatkan di Kabupaten Kendari dan Konawe Selatan. “”Kedua kabupaten itu sengaja kami pilih sebagai tempat gelaran teknologi budidaya kakao milik rakyat, terutama yang berkaitan dengan komoditas kakao,” tegasnya.

acara ini diperkirakan akan dihadiri oleh lebih dari 10 ribu orang. 50 diantaranya merupakan para duta besar negara sahabat. Mereka akan hadir dan menyaksikan parade pertanian dan kecanggihan mekanisasi Indonesia.

“Pemanfaatan teknologi ini sejalan dengan tema nasional yang mengusung Teknologi Industri Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia. Kami juga akan memamerkan paket mesin pengolahan kakao yang terdiri dari mesin sangrai, pengupas kulit, alat press, pelembut, pengayak, dan penghalus bubuk coklat,” katanya.

Sementara Peneliti Utama dari Balai Besar Pasca Panen Kementerian Pertanian, Hernani menjelaskan bahwa peringatan Hari Pangan Sedunia juga akan dimanfaatkan untuk membangkitkan kejayaan sagu sebagai komoditas karbohidrat pangan masa depan. “Harus kita bumikan kembali karena sagu adalah sumber karbohidrat. Tanaman ini juga menjadi tanaman yang tahan terhadap perubahan iklim sehingga bisa dijadikan program jangka panjang untuk masa depan,” katanya.

Hernani menjelaskan, berdasarkan skenario perubahan iklim dunia tahun 2050-2100, maka ke depan negara negara besar akan mengalami kenaikan suhu hingga 3 derajat celcius. Karena itu, jika mengacu pada kajian IRRI tahun 2006, tiap kenaikan 1 derajat celcius akan menyebabkan penurunan produksi padi hingga 8 persen.

“Namun hal ini sama sekali tidak berpengaruh kepada komoditas sagu. Tapi, kita perlu perhatikan teknologi pasca panennya karena sagu sangat potensial,” ujarnya.

“Sagu yang ada di Papua, Maluku, Sumatera dan kalimantan itu luar biasa. Nanti saat diplomatic tour akan kami ajak berkunjung. Indonesia kaya akan aneka macam panganan sagu. Ini adalah kearifan lokal yang kita miliki, prospektif dan akan kami tampilkan sebagai sajian,” katanya.

Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.