KKP Minta Perguruan Tinggi Diminta Ikut Bangun Perikanan Nasional
|
Jakarta, Villagerspost.com – Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto meminta perguruan tinggi ikut terjun membangun sektor perikanan nasional. Slamet mengatakan, perguruan tinggi adalah basis ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan tempat berkumpulnya kaum intelektual, karena itu diharapkan dapat berkontribusi bagi kemajuan pembangunan perikanan nasional.
“Sumberdaya alam (SDA) harus dimanfaatkan untuk kebutuhan pangan dan pertumbuhan ekonomi. Namun ke depan, tantangan pemanfaatan SDA akan semakin besar di tengah fenomena perubahan iklim dan lingkungan,” ujar Slamet dalam siaran pers yang diterima Villagerspost.com, Senin (31/7).
Slamet mengungkapkan, KKP sangat konsen dalam upaya optimalisasi SDA perikanan dan menjadikannya sebagai tumpuan pembangunan ekonomi nasional. Menurutnya, secara makro sektor ini harus menjadi penopang utama pencapaian PDB nasional, mengingat potensinya yang luar biasa besar. Ia menyebutkan, hingga triwulan I tahun 2017, PDB sektor kelautan dan perikanan tercatat senilai Rp84,4 triliun (perhitungan berdasarkan harga berlaku), dan diharapkan hingga tahun 2019 akan memberikan share sebesar 12 persen terhadap PDB nasional.
Sedangkan, secara mikro sektor ini akan didorong agar benar-benar berdampak terhadap pergerakan ekonomi masyarakat. “Saya kira saat ini bukan saatnya lagi kita hanya bangga dengan potensi SDA yang ada, namun harus jauh melangkah agar potensi ini benar-benar dirasakan nilai manfaat ekonominya. Perguruan tinggi memiliki aset sumberdaya dan IPTEK, di sini juga hadir Himapikani sebagai intelektual perikanan. Tentunya ini merupakan kekuatan besar untuk dapat berperan secara aktif membangun perikanan nasional. Mulai batasi retorika dan gantikan dengan kerja nyata,” tegas Slamet
“Di Sulawesi Tengah, pemerintah telah mengimplementasikan program Bina Pesisir. Masyarakat bisa memanfaatkan program ini untuk usaha di bidang perikanan khususnya perikanan budidaya. Melihat potensi sumber daya kelautan di Sulawesi Tengah, maka budidaya rumput laut bisa dijadikan unggulan daerah ini,” kata Slamet.
Sementara itu, Dekan Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako Burhanudin Sundu mengatakan, pihak perguruan tinggi selalu siap untuk berperan lebih aktif dalam pembangunan. Ia menegaskan bahwa tanggung jawab tersebut melekat sebagai bagian dalam upaya mewujudkan cita-cita luhur Tri Dharma Perguruan Tinggi.
“Kita akan dorong kurikulum mata kuliah di bidang perikanan ini lebih fokus pada upaya-upaya dalam menjawab tantangan perikanan di era globalisasi saat ini. Kita ingin, sarjana perikanan lebih mumpuni dan menjadi problem solver bagi masyarakat perikanan. Sebagai bentuk tanggung jawab, kami sepakat untuk mengalokasikan lahan seluas 100 ha untuk digunakan di bidang perikanan budidaya,’ ungkapnya.
Secara khusus, Slamet juga berharap akademisi perguruan tinggi ikut mengembangkan sektor rumput laut. Data statistik mencatat, secara nasional Provinsi Sulawesi Tengah merupakan produsen rumput laut E. cottoni terbesar ke-3 di Indonesia. Tahun 2015 produksi rumput laut Provinsi ini mencapai sedikitnya 1,36 juta ton dan memberikan kontribusi sebesar 13 persen terhadap produksi rumput laut nasional (10,1 juta ton).
Sebagai salah satu kawasan sentral produksi rumput laut nasional, Slamet Soebjakto secara khusus meminta perguruan tinggi yang ada di Sulawesi Tengah untuk turut ambil bagian mendukung pengembangannya. Menurutnya, pengembangan rumput laut di Indonesia tidak luput dari kendala seperti kualitas bibit, kelembagaan, dan rantai tata niaga, yang membutuhkan perbaikan.
Slamet meminta perguruan tinggi untuk bekerjasama dengan KKP melakukan upaya-upaya konkret, dengan mendorong penelitian dan pengembangan bibit rumput laut unggul dan adaptif. Antara lain dengan penerapan teknologi kultur jaringan, melakukan pendampingan dan pembinaan yang secara langsung mendorong penguatan kelembagaan pembudidaya di sentral-sentral produksi, serta turut serta dalam memberikan arahan bagi efektifitas tata kelola siklus bisnis rumput laut.
KKP saat ini juga tengah mengembangkan beberapa kebun bibit yang diharapkan mampu mengatasi kendala kualitas benih yang semakin menurun bila digunakan terus menerus. Ia menambahkan, KKP juga tengah berfokus pada pengembagan kawasan ekonomi berbasis perikanan budidaya dengan menerapkan konsep “one region, one commodity”.
“Konsep ini akan berjalan lebih baik, jika nantinya perguruan tinggi juga turut terlibat di dalamnya. Mulai saat ini perguruan tinggi perlu dituntut untuk memiliki wilayah binaan sendiri-sendiri, mengingat perguruan tinggi memiliki SDM yang mumpuni untuk mencetak kelembagaan kelompok yang mandiri berbasis komoditas unggulan,” pungkas Slamet. (*)