Komunikasi Gagal, Publik Pesimis Program Memerangi Kemiskinan Sukses
|
Jakarta, Villagerspost.com – Upaya memerangi kemiskinan yang sebenarnya menuai sukses besar, justru mengalami kekalahan telak pada area kritis, yaitu persepsi publik. Survei global terbaru yang dirilis baru-baru ini oleh firma riset asal Belanda Motivaction, menunjukkan, kebanyakan penduduk dunia percaya bahwa kemiskinan global tetap sama dan tidak berubah atau bahkan lebih buruk dalam 20 tahun terakhir.
Survei itu sendiri dilakukan dalam rangka ulang tahun program Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Hal yang disurvei adalah penilaian publik, gaya hidup dan pandangan terkait kemiskinan global.
Hasilnya memang 87% responden dari sampel yang diambil dari seluruh dunia, masih menganggap upaya memerangi kemiskinan telah gagal. Skala pesimisme dan kesalahpahaman ini dapat mengancam upaya keras untuk mengangkat dua juta orang keluar dari situasi kemiskinan ekstrem.
Bagaimana pun, opini masyarakat berbeda-beda tergantung dari siapa dan dimana mereka, dan apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka percaya. Ini mengharuskan pemerintah, donor dan LSM untuk melakukan upaya yang lebih cerdas untuk bisa membangun ikatan dengan masyarakat dari berbagai negara.
Survei yang dilakukan Motivaction yang disebut Glocalities, mewawancarai sejumlah 26.000 penduduk di 24 negara dan dalam 15 bahasa. Survei itu disokong oleh Yayasan Bill dan Melinda Gates. Motivaction sendiri telah bekerjama dengan Oxfam dan Global Citizen untuk menajamkan program kerja anti kemiskinan.
Kemiskinan global telah berkurang separuhnya, berdasarkan ukuran ukuran bank Dunia yaitu pendapatan sebesar US$1,25 per hari yang ditetapkan sejak 1990. Berdasarkan itu, diperkirakan kemiskinan berkurang dari sekitar 1,9 miliar menjadi 840 juta orang di dunia. Pertumbuhan, terutama di Afrika dan Asia yang melaju berdampingan dengan distribusi pendapatan yang merata, masyarakat yang lebih terbuka, dan kerjasama dagang Selatan-Selatan yang lebih kuat, ikut membantu terjadinya pengurangan kemiskinan ini.
Namun, upaya mengangkat mereka yang masih hidup di level kemiskinan ekstrem dipercaya juga akan lebih melambat dan sulit, meski tidak mustahil. Pertumbuhan ekonomi harus dikelola dan lebih berkelanjutan dan lebih terfokus pada upaya mengatasi semakin lebarnya kesenjangan di seluruh negara, pemerintahan yang miskin dan konflik.
Survei Glocalities menggarisbawahi peran krusial yang dimainkan kepercayaan publik. “Saat ini kita berada di setengah jalan dalam memberantas kemiskinan, ini waktunya untuk mempererat strategi keterlibatan publik untuk membantu menyelesaikan tugas ini,” kata Direktur Riset Motivaction Martijn Lampert, dalam keterangan tertulis yang diterima Villagerspost.com, Senin (26/9).
“Bagaimanapun faktanya hilangnya kepercayaan publik adalah penghalang besar bagi sukses di masa depan,” katanya.
Hanya satu orang dari setiap 100 responden yang menjawab benar kemiskinan global telah berkurang separuhnya. Lima dari 10 responden percaya aksi personal mereka hanya akan membuat sedikit perubahan atau tidak membuat perubahan sama sekali dalam upaya mengakhiri kemiskinan global.
Manajer kampanye Oxfam Steve Price-Thomas mengatakan, pengurangan kemiskinan global hingga separuhnya adalah sukses terbesar yang tak terceritakan dalam sejarah kekinian umat manusia. Pencapaian ini menunjukkan apa yang mungkin tetapi juga menggaris bawahi apa yang harus dilakukan.
“Kita masih memiliki jalan panjang untuk ditempuh dan memerlukan energi publik untuk saat ini lebih dari sebelumnya. Sukses dapat berbalik dengan cepat jika kita tidak mengatasi dengan hasrat yang sama untuk menghapus peningkatan kesenjangan dan kekerasan yang terjadi akibat konflik, kesenjangan penguasaan lahan dan perubahan iklim, kata Steve.
Pendapat dan pemahaman publik sengat bervariasi diantara dan di dalam negara. Di China sebagai contoh, 50% responden berpikir dengan tepat bahwa kemiskinan telah menurun, dibandingkan dengan Jerman dan Amerika Serikat yang hanya 8%.
“Warga China dapat menjadi saksi kesuksesan mengatasi masalah kemiskinan ekstrem di negara mereka sendiri, ini adalah pelajaran yang tidak bisa diambil oleh penduduk negara maju,” kata Lampert.
Juru bicara Global Citizen Michael Sheldrick mengatakan, temuan ini, mengungkap fakta, kebanyakan pendukung kita adalah dari negara dimana transformasi besar atau pertumbuhan ekonomi yang besar terjadi. Contohnya di negara 10 besar yang ditampilkan di laman Facebook kami, diantara 156.000 followers kebanyakan dari India, Pakistan, Bangladesh, Nigeria, Filipina dan Kenya.
“Kuncinya adalah menyediakan bagi mereka yang percaya aksi mereka dapat membawa perubahan, sebuah kesempatan untuk bisa terlibat dan ikut membantu, termasuk meningkatkan kepedulian diantara penduduk,” kata Michael.
Sementara itu, Motivaction telah mengidentifikasi sekelompok penting pembuat perubahan di survei yang terinformasi lebih baik bahwa aksi mereka dapat membantu dan siap untuk terlibat secara personal. Mereka cenderung percaya bahwa mengakhiri kemiskinan global di tahun 2030 sangat mungkin dilakukan dan dan sering kali mereka menduduki jabatan berpengaruh di masyarakat, politik dan bisnis.
Lampert mengatakan, mereka adalah kelompok yang aktif dan berkeinginan untuk membuat perubahan, menyebarkan informasi dan meminta pihak lain untuk terlibat dalam upaya memerangi kemiskinan. Mereka sangat aktif di sosial media seperti Twitter, Youtube, LinkedIn dan Facebook.
“Dengan menggunakan jaringan ini, keterlibatan dan strategi informasi akan lebih efektif dari sebelumnya dalam sejarah manusia. Motivaction Survei menyarankan dilakukannya cara baru untuk menjangkau dan memotivasi kelompok ini secara visual atau lewat penyajian bukti dan bagaimana mereka terlibat perbincangan yang mampu menggerakkan mereka,” ujar Lampert.
Ikuti informasi terkait masalah kemiskinan >> di sini <<