Kondisi Terumbu Karang Spermonde Memburuk, Penyelamatan Laut Indonesia Mendesak
|
Jakarta, Villagerspost.com – Hasil penelitian yang dilakukan Marine Science Diving Club (MSDC) Universitas Hasanuddin, Makassar, mengungkapkan, kondisi terumbu karang di Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan memburuk. Data terbaru MSDC tahun 2018 menunjukkan, tutupan karang hidup Pulau Barrang Lompo tercatat hanya mencapai 40% (kategori sedang), Pulau Barrang Caddi sebesar 38% (kategori sedang), dan Pulau Samalona sebesar 30% (kategori buruk).
“Hasil pengamatan yang kami lakukan di tiga pulau tersebut selama sembilan tahun terakhir memperlihatkan tren data kondisi tutupan karang di kepulauan Spermonde mengalami penurunan,” kata Muhammad Irfandi Arief, Ketua MSDC Universitas Hasanuddin, dalam kegiatan diskusi bertajuk ‘Penyelamatan Laut Indonesia Mendesak’, di acara Festival Laut 2019, di Jakarta, Minggu (1/12).
Menanggapi temuan ini, Jurukampanye Laut Greenpeace Indonesia Afdillah mengatakan, pemerintah harus segera turun tangan untuk mencegah kerusakan yang lebih parah terjadi pada ekosistem bawah laut Kepulauan Spermonde. “Spermonde adalah contoh nyata dari lemahnya pengawasan dan penegakan hukum oleh pihak berwenang, sekaligus rendahnya kesadaran masyarakat,” ujarnya.
Penyelamatan terumbu karang di Kepulauan Spermonde dinilai penting mengingat, total nilai manfaat ekonomi ekosistem terumbu karang di perairan Spermonde terbilang besar. Berdasarkan beberapa penelitian nilai manfaat ekonomi kawasan terumbu karang tersebut berkisar dari Rp30,36 juta hingga Rp1,69 miliar per hektare per tahun.
Bila ekosistem Spermonde rusak parah, kerugian bukan hanya akan dialami oleh nelayan atau pelaku usaha perikanan. Pemerintah daerah juga bisa kehilangan potensi pemasukan dari sektor pariwisata.
Greenpeace pun meluncurkan petisi #SaveSpermonde untuk meminta pemerintah, pusat dan daerah, mengambil langkah cepat penyelamatan kepulauan itu dari berbagai ancaman. “Penyelamatan Spermonde bisa menjadi titik awal dari tindakan serius untuk memulihkan dan menjaga ekosistem dan ruang laut nasional,” tegas Afdillah.
Penelitian yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkapkan, potensi ekonomi yang dimiliki laut Indonesia memang sangat besar. Potensi laut Indonesia ditaksir mencapai Rp1.772 triliun, dengan potensi terbesar adalah potensi kawasan pesisir sebanyak Rp560 triliun.
Seiring dengan besarnya potensi ekonomi yang dimiliki laut Indonesia, maka aktivitas pemanfaatan pun harus memperhatikan aspek keberlanjutan. Potensi tersebut tentunya harus pula bisa dinikmati oleh generasi mendatang.
Sayangnya, fakta di lapangan menunjukkan, kualitas kehidupan ekosistem pesisir dan laut dalam mengalami penurunan karena berbagai tindakan merusak dan perubahan iklim. Sebagai contoh, tak hanya Spermonde, Karawang juga memiliki contoh nyata kerusakan ekosistem pesisir dan bawah laut.
Sebuah sumur yang dikelola Pertamina Hulu Energi mengalami kegagalan operasional, sehingga minyak pun bocor tidak terkendali. Tumpahannya menyebar hingga wilayah Kepulauan Seribu. Pertamina sudah mengumumkan keberhasilan menangani petaka tersebut. Namun, kini tumpahan minyak kembali terlihat di pesisir pantai utara Karawang.
Editor: M. Agung Riyadi