Kontrol Harga Pangan, Pemerintah Harus Rajin Sidak Ke Pasar

Pedagang di pasar tradisional. Harga kebutuhan pokok naik, pemerintah diminta rajin sidak (dok. semarangkota.com)
Pedagang di pasar tradisional. Harga kebutuhan pokok naik, pemerintah diminta rajin sidak (dok. semarangkota.com)

Jakarta, Villagerspost.com – Melambungnya harga kebutuhan pokok di pasar-pasar tradisional menjelang Ramadan ini perlu perhatian khusus pemerintah. Karena itu pihak Dewan Perwakilan Rakyat mengimbau pemerintah untuk rajin mengadakan inspeksi mendadak (sidak) ke pasar-pasar tradisional.

“Harga-harga harus terkontrol, jangan sampai membebani masyarakat,” kata anggota Komisi VI DPR RI Tina Nur Alam seperti dikutip dpr.go.id, Kamis (11/9).

Dalam sidak ke Pasar Tebet Timur hari ini, Komisi VI DPR menemukan fakta, harga-harga pangan kebutuhan pokok mulai merangkak naik. Para pedagang yang ditemui juga sebagian mengeluhkan pendapatannya yang berkurang, karena masyarakat tak banyak berbelanja menyusul harga-harga yang terus naik.

“Sudah menjadi tradisi setiap jelang Ramadan dan Idul Fitri semua bahan pokok naik harganya. Daging dan cabai naik signifikan,” ungkap politisi PAN tersebut.

Selama ini, pemerintah selalu menyatakan bahwa stok bahan kebutuhan pokok untuk Ramadan dan Idul Fitri mencukupi. Namun, walau stok aman, harga-harga tetap melonjak tajam.

Tina berharap, pemerintah lebih tanggap melihat situasi pasar jelang Ramadan. Jangan sampai ada yang mempermaikan harga di tengah kebutuhan masyarakat yang juga naik dalam menyambut puasa dan lebaran.

“Pemeritah harus tanggap mencermati situasi ini. Pemerintah harus selalu sidak ke pasar-pasar induk, supaya bisa mengontrol harga. Jangan sampai ada yang bermain harga di sini,” ujarnya.

Pada kesempatan sidak di Pasar Tebet Timur, Wakil Ketua Komisi VI Heri Gunawan sempat menanyakan harga beberapa komoditas. Tempe, misalnya, ukuran kecil dijual Rp2500, ukuran sedang Rp5000, dan ukuran besar Rp6000.

Untuk harga beras pandan wangi di Pasar Tebet dijual Rp18.500/kg. Untuk beras cap kembang dihargai Rp9000/lt. Sementara untuk komoditas kacang tanah rata-rata Rp25.000/kg, kelapa Rp6000/buah, gula Rp13.000/kg, terigu Rp7000/kg, dan telur ayam Rp22.000/kg.

Pada komoditas lainnya seperti ikan, harganya bervariasi. Ikan sepat asin dijual Rp60.000/kg dan ikan teri super yang dipasok dari Medan dijual Rp120 ribu/kg. Tim juga sempat singgah di pedagang makanan. Banyak kue pasar yang dikemas dalam plastik tak memiliki label informasi kandungan dan masa berlaku.

Para anggota tim Komisi VI mempertanyakan ini. Sebagian anggota membeli makanan berupa kue-kue basah tersebut untuk dijadikan sampel penelitian.

Kepada pedagang kue, tim Komisi VI juga memberi penjelasan bahwa untuk membuat label kemasan, tak ada pungutan biaya apa pun. Temuan ini mengindikasikan lemahnya pengawasan pemerintah atas beredarnya jajanan pasar berupa kue kemasan tanpa label. Para anggota Komisi VI menyayangkan kurangnya sosialisasi pemerintah atas aturan labelisasi produk makanan dan minuman yang dijual di pasar-pasar tradisional.

Sementara itu, satu tim Komisi VI lainnya yang dipimpin Wakil Ketua Komisi VI Azam Azman Natawijaya (Fraksi PD) melakukan sidak serupa di Pasar Grogol. Dalam inspeksi tersebut ditemukan adanya kenaikan beberapa komoditas kebutuhan pokok.

Harga telur ayam misalnya, di Pasar Grogol mengalami kenaikan sebulan yang lalu dari harga Rp18.000 menjadi Rp22.000. Kenaikan harga telur ayam tersebut mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat dan hal tersebut dikeluhkan pedagang yang mengakibatkan omsetnya menurun.

Keuntungan sehari sebelum adanya kenaikan biasanya bisa mendapatkan sekitar Rp300.000, namun setelah adanya kenaikan keuntungan yang diperoleh mengalami penurunan Rp150.000 hingga Rp100.000. Selain kenaikan harga telor ayam, terjadi kenaikan harga minyak goreng di Pasar Grogol dari harga Rp11.000 mengalami kenaikan menjadi Rp12.000/liter.

Kelangkaan bahan-bahan pokok menjadi salah satu alasan kenaikan harga bahan-bahan pokok tersebut, seperti yang disampaikan para pedagang kepada Komisi VI. Stok barang yang langka seringkali dilakukan permainan oleh para spekulan untuk menaikkan harga-harga tersebut.

Anggota Komisi VI Bambang Haryo Soekartono mengatakan, barang-barang kebutuhan pokok sengaja disimpan puasa dan lebaran. “Karena mendekati puasa dan lebaran dianggap permintaan akan kebutuhan pokok akan meningkat sehingga terjadi kelangkaan dan dipergunakan dipergunakan oleh para spekulan untuk menaikkan harga-harga,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut Tim Komisi VI menyampaikan bahwa akan segera berkoordinasi dengan Menteri Perdagangan untuk segera menstabilkan harga bahan-bahan pokok agar pedagang maupun pembeli tidak resah dan dirugikan. (*)

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.