Lakukan Kekerasan Hingga Tewaskan Petani Jambi, Greenpeace Tinggalkan APP

Salah satu lahan HTI milik APP di kawasan gambut (dok. greenpeace)
Salah satu lahan HTI milik APP di kawasan gambut (dok. greenpeace)

Jakarta, Villagerspost.com – Greenpeace mengambil langkah tegas untuk menghentikan keterlibatan dengan APP dalam bentuk apapun, setelah salah satu anak usaha perusahaan itu, PT Wira Karya Sakti terlibat aksi kekerasan yang menewaskan Indra Kailani, warga desa Lubuk Mandarsyah, Kabupaten Tebo, Jambi. “Untuk sementara waktu, Greenpeace akan menarik diri dalam setiap keterlibatan dengan APP dan fokus untuk mendorong penyelesaian isu serius yang muncul dalam kasus ini,” kata kepala Kampanye Greenpeace Global Indonesia Bustar Maitar dalam siaran pers yang diterima Villagerspost.com, Senin (2/3).

Indra yang juga anggota Kelompok Tani Sakato Jaya pada Jumat (27/2) kemarin, ditemukan tewas setelah dikeroyok oleh tujuh petugas keamanan yang diperkerjakan perusahaan sekuriti yang dikontrak PT WKS, perusahaan milik Asia Pulp and Paper (APP).

Kepala Kampanye Greenpeace Global Indonesia Bustar Maitar mengaku, Greenpeace sangat terpukul dengan berita kematian brutal ini. “Greenpeace mengutuk tindakan kekerasan. Kami turut bersama solidaritas masyarakat dan keluarga Indra di masa sulit ini,” kata Bustar.

Bustar Maitar mengatakan, kejadian ini sangat serius, proses resolusi konflik harus diutamakan, tak hanya terkait kasus tersebut, tetapi juga di seluruh operasi APP guna memperoleh keadilan. “Setelah investigasi menyeluruh dan adil, baik langsung maupun tidak langsung, semua yang bertanggung jawab atas kematian Indra, termasuk anggota-anggota perusahaan sekuriti dan APP, harus bertanggung jawab dalam hukum apabila ditemukan terkait dengan kematian tragis ini,” ujarnya menambahkan.

Bustar menegaskan, APP harus segera mengambil langkah cepat untuk memastikan bahwa peristiwa tersebut diinvestigasi secara menyeluruh dan adil oleh pihak berwenang, dengan kerjasama penuh tanpa syarat dari perusahaan. “APP juga harus mengadakan sebuah investigasi menyeluruh terhadap prosedur keamanan dan jasa keamanan dari pihak ketiga guna  memastikan peristiwa seperti ini tidak lagi terjadi. Kami berharap perusahaan terbuka dalam mengatasi masalah ini,” ujarnya.

Peristiwa kekerasan yang menimpa Indra sendiri terjadi saat Indra yang merupakan anggota Serikat Petani Tebo, ormas tani yang memperjuangkan petani di Bukit Rinting, Desa Lubuk Mandarsyah, Kabupaten Tebo pergi untuk menjemput rekannya Nick Karim dari Walhi, pada Jumat (27/2). Pria yang baru berumur 23 tahun itu, Sekitar jam 16.03 wib di kawasan Simpang Niam, di dekat kawasan PT WKS sampai pada pos kembar security di stop oleh tim URC Unit Reaksi Cepat) PT WKS sebanyak dua orang.

Oleh kedua anggota tim URC itu, Indra dibentak. “Mau Kemana?” Dijawab oleh Nick Karim mau kedalam. Kemudian anggota URC membentak Indra. “Kau ini belagak nian!!!” Lantas Indra menjawab, “Apo Bang”.

Mendengar jawaban itu, kedua anggota URC itu langsung memukul Indra dari belakang disusul dengan lima orang rekan-rekannya yang datang dan memukuli korban. Nick Karim berusaha untuk melerai namun upaya itu tidak berhasil karena jumlah URC terlalu banyak.

Kemudian Nick Karim meminta kepada salah satu Security yang berpakai dinas yang berada di pos untuk membantu menghentikan pemukulan terhadap korban, namun tidak ditanggapi oleh pihak Security tersebut. Kemudian Nick Karim ditarik oleh seorang warga yang berada didekat lokasi pos untuk menghindar dan mencari bantuan ke desa Lubuk Mandarsah dusun Pelayang Tebat.

Nick Karim tiba di dusun Pelayang Tebat sekitar pukul 16.28 WIB meminta pertolongan kepada masyarakat bahwa Indra dipukuli oleh URC PT WKS. Mendengar berita tersebut masyarakat sekitar 30 orang langsung menuju ke lokasi pos kembar sekitar jam 16.30 wib.

Sesampai masyarakat di pos kembar, Indra tidak berada disitu dan masyarakat langsung menanyakan kepada security bernama Zulkifli yang ada di pos kembar. “Apakah benar Indra dikeroyok dan dibawa ke Districk 8?” tanya warga.

Security tersebut menjawab, “tidak tahu, silakan saja bertanya kepada anggota URC,” ujarnya. Tim URC yang pada saat itu ada di samping pos security, pada saat itu sudah dilengkapi dengan senjata tajam berupa parang dan pisau. Tetapi masyarakat tetap menanyakan keberadaan Indra. “Di mana posisi Indra?” tanya warga. Tim URC menjawab, “tidak tahu, disini juga tidak terjadi apa-apa.”

Akhirnya masyarakat bertanya kembali kepada Zulkifli yang berada di pos dan security menjawab bahwa Indra sudah di bawak ke districk 8 menggunakan mobil patroli URC yang bermerek Ford. Karena kekesalan masyarakat terhadap security, masyarakat langsung mengusir security dan URC dari pos. Di lokasi pos masyarakat menemukan senjata tajam seperti parang dan pisau yang di persiapkan oleh tim security dan URC. Setelah itu selesai masyarakat bubar dan kembali ke lahan.

Dari informasi yang berhasil didapatkan oleh warga dan aktivis WALHI di lapangan, keadaan fisik Indra masih berjalan ketika dimasukkan ke mobil perusahaan. Namun mukanya ditutup pakaian milik Indra.

Berita kemudian menjadi simpang siur. Isu beredar setelah pengeroyokan, Indra kemudian dibawa ke distrik 8. Namun dari informasi pihak perusahaan sendiri, mereka mengaku sama sekali tidak mengetahui keberadaan korban. Bahkan mereka sendiri kehilangan jejak termasuk mobil. Pihak WALHI pun kemudian melaporkan kejadian ini ke kepolisian terdekat.

Pada tanggal 28 Februari 2015 sekitar jam 09.00 WIB, kepala security PT Wirakarya Sakti bernama Akiet menelpon aktivis WALHI Jambi Rudiansyah. Dia mengabarkan bahwa Indra sudah ditemukan sekitar 7 Km dari lokasi camp districk 8 dengan keadaan tidak bernyawa dan sekarang dalam proses evakuasi dari pihak kepolisian.

Facebook Comments
One Comment

Add a Comment

Your email address will not be published.