Lambat Pangkas Emisi Karbon, Negara Berkembang Terancam Kehilangan Miliaran Dolar

Ancaman kekeringan akibat cuaca ekstrem yang dihadapi negara-negara miskin (dok. oxfamblogs.org)
Ancaman kekeringan akibat cuaca ekstrem yang dihadapi negara-negara miskin (dok. oxfamblogs.org)

Jakarta, Villagerspost.com – Ekonomi negara berkembang terancam mengalami kehancuran akibat menerima beban ganda harus menanggung dana adaptasi perubahan iklim senilai hampir US$800 miliar dan dua kali lipat dari itu setiap tahunnya pada tahun 2050. Oxfam mengingatkan, kondisi ini bisa terjadi jika komitmen untuk memangkas emisi karbon tidak ditingkatkan.

Dalam laporan terbaru yang dirilis untuk pertemuan para pihak (COP) ke-21 untuk perubahan iklim, Oxfam menjabarkan tujuh langkah untuk mencapai kesepakatan Paris yang akan mampu melindungi penduduk miskin dari perubahan iklim. Oxfam mengungkapkan, jika dunia mengalami kenaikan suhu rata-rata 3 derajat, negara berkembang akan terbebani dana adaptasi perubahan iklim sebesar US$270 miliar per tahun pada 2050 membuat total dana yang harus ditanggung menjadi US$790 miliar.

Itu artinya lebih dari 50 persen lebih dana yang akan dibutuhkan oleh negara berkembang untuk melindungi diri mereka dari perubahan iklim ketimbang dalam skenario kenaikan suhu rata-rata 2 derajat. Kesepakatan yang akan dicapai pemimpin-pemimpin negara dalam pertemuan Paris, masih dalam skenario dua derajat ini.

Negara berkembang juga menghadapi ancaman kehilangan budget ekonomi mereka sebesar US$1,7 triliun per tahun di pertengahan abad ini jika kenaikan rata-rata suhu udara global mencapai tiga derajat. Angka ini lebih besar senilai US$600 miliar dibandingkan kenaikan suhu rata-rata dua derajat–empat kali lebih besar dari dana yang diberikan negara maju untuk bantuan pembangungan tahun lalu.

“Kami melihat tumbuhnya momentum bagi tercapainya kesepakatan iklim tetapi apa yang ada di atas meja sejauh ini tidak cukup. Laporan kami hari ini menunjukkan skala tantangan yang akan dihadapi masyarakat termiskin sebagai dampak terjadinya perubahan iklim yang mereka justru menyumbang sedikit sekali untuk penyebabnya,” kata Byanyima dalam siaran pers yang diterima Villagerspost.com, Rabu (25/11).

Dia menekankan agar kepala-kepala negara bergerak lebih maju lagi. “Kita perlu lebih jauh untuk memangkas emisi dan memberikan lebih banyak pendanaan iklim sehingga masyarakat rentan yang sudah mengalami banjir yang tak terprediksi, kekeringan dan kelaparan dapat beradaptasi dan bertahan. Ongkos manusia dari perubahan iklim harus menjadi pusat perbincangan di Paris sehingga kita bisa mendapatkan kesepakatan iklim yang lebih baik untuk masyarakat miskin,” tambahnya.

Bahkan kini, jika seluruh pendanaan iklim dibagikan kepada 1,5 miliar petani skala kecil di negara berkembang, mereka hanya akan mendapat setara US$3 per tahun untuk melindungi diri mereka dari banjir, kekeringan parah dan iklim ekstrem lainnya. Itu hanya setara harga secangkir kopi di negara maju.

Janji dari lebih dari 150 negara untuk memangkas emisi yang dikenal dengan nama INDCs (Intended Nationally Determined Contributions) diharapkan akan dapat dicapai di Paris. Bahkan jika target ini tercapai, dunia sepertinya akan menghadapi kenaikan suhu yang menghancurkan mencapai rata-rata 3 derajat.

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.