Langkah Karawang Pertahankan Lahan Sawah

Lahan sawah bukan sekadar tempat mencari nafkah, tetapi juga bersekolah alias belajar, menambah wawasan dan ilmu (dok. unpad.ac.id)

Jakarta, Villagerspost.com – Di tengah kepungan pembangunan area industri, lahan persawahan di Karawang–yang tadinya merupakan kawasan lumbung pangan nasional di era Orde Baru– masih terus bertahan. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, luas baku sawah mencapai 95.277 hektare.

Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana, mengatakan, ada sejumlah langkah dari pemerintahan daerah untuk tetap mempertahankan areal pertanian. Salah satunya, membuat regulasi mengenai untuk melindungi lahan pertanian. Seperti, Perda tentang lahan pangan berkelanjutan. “Kami, dari pemkab dan juga dari DPRD telah mengeluarkan kebijakan untuk melindungi lahan pertanian dari alih fungsi,” ujar Cellica, Kamis (29/8).

Cellica mengatakan, dalam regulasi itu sudah ditentukan mengenai rancangan tata ruang dan wilayah (RTRW). Dalam RTRW tersebut, daerah-daerah khusus, seperti wilayah utara, selatan dan sebagian timur, akan dipertahankan dari wilayah pertanian. Jadi, dalam RTRW sampai 2030 mendatang, areal sawah yang boleh beralih fungsi hanya 10 ribu hektare.

Jadi, dari total luas baku sawah tahun ini yang mencapai 97 ribu hektare, sampai 11 tahun mendatang yang hanya boleh beralih fungsi seluas 10 ribu hektare. Sisanya, yakni 87 ribu hektare, dikunci sebagai lahan pangan abadi dan berkelanjutan.

Selain itu, pihak Pemkab Karawang juga akan memprioritaskan perbaikan infrastruktur pertanian. Terutama, di wilayah sentra padi. Serta, menyediakan bantuan untuk kebutuhan petani. Seperti, traktor, pompa, pupuk, benih dan lainnya. “Alhamdulillah, Karawang menjadi salah satu daerah yang banyak mendapat bantuan dari pusat. Terutama, untuk alsintan,” ucap Cellica.

Langkah lainnya untuk melindungi pertanian ini, dengan memerhatikan kesejahteraan para petaninya. Saat ini, sambung Cellica, Karawang sudah punya regulasi mengenai kesejahteraan petani. Salah satunya, dengan memberikan asuransi pertanian, yang dijamin oleh pemerintah pusat dan daerah.

Jadi, lanjut Cellica, ketika ada kasus gagal tanam atau gagal panen akibat serangan hama maupun bencana, maka kerugian petani ini akan dibayar oleh asuransi. Sebab, saat ini sudah banyak petani di Karawang yang mengasuransikan lahannya. Adapun pembayaran preminya, disubsidi oleh pemerintah.

Lahan pertanian di Karawang sendiri masih terus berproduksi meskipun di tengah kemarau panjang 2019 ini. Dirjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian Suwandi mengatakan, pertanaman padi di Desa Kertawaluya Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang menarik karena petani mampu panen dengan produktivitas dari hasil ubinan 9 ton per hektar padi dari varietas Inpari 32.

Harga gabah (GKP) rata-rata Rp 5 ribu. “Berarti ada hasil bersih Rp 35 juta setelah dikurangi biaya produksi Rp 10 juta per hektare,” ujar Suwandi dalam kunjungan kerja untuk melakukan panen padi Kelompok Tani (Poktan) Sri Rahayu bersama Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karawang Hanafi di Kampung Waluya Desa Kertawaluya Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang, Kamis (29/8).

Suwandi mengatakan, penggunaan benih padi varietas unggul berupa Inpari32 juga sangat bagus digunakan petani karena memiliki produktivitas tinggi sama halnya dengan varietas Ciherang. “Kemudian memiliki keunggulan toleran kekeringan sehingga masih mampu berproduksi kala kemarau,” ucap Suwandi.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karawang Hanafi menegaskan, Karawang masih menjadi andalan pemenuhan pangan nasional dan Jawa Barat. Dia berharap akan perlunya ditingkatkan dengan sumberdaya yang dimiliki.

“Upaya untuk meningkatkan produksi padi perlu dilakukan dengan penerapan intensifikasi yaitu penggunaan varietas unggul berupa benih bemutu, teknologi perlindungan hama tanaman hingga teknologi jajar legowo. Tentunya dengan mengedepankan budidaya tanaman sehat dan lokal secara holistik,” jelas Hanafi.

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, luas baku sawah mencapai 95.277 hektar dengan target panen padi di 2019 adalah 1.450.303 ton GKP atau setara 1.255.952 ton GKG atau 841.464 ton beras. “Target sasaran padi di 2019 195.902 hektar. Sedangkan capaian luas tanam Oktober 2018 hingga Agustus 2019 mencapai 166.983 ha atau 85,24 persen sasaran,” sebut Hanafi.

Petani dari Poktan Sri Rahayu Kardi mengatakan harga gabah di tingkat petani hingga sekarang masih stabil di kisaran Rp5.000 hingga Rp5.500 per kilogram. Mengenai sumber air, diakuinya tidak ada masalah. “Alhamdulilah enggak ada masalah, air cukup dari saluran sekunder Pondok. Jadinya di Kampung Waluya ini satu tahun bisa 3 kali tanam yaitu padi-padi-palawija (kedelai-red),” katanya.

Lebih lanjut Kardi menuturkan air dari Tarum Utara Cabang Timur yang selalu mengalir dan diberlakukan gilir giring dengan wilayah desa lainnya. “Karenanya, petani biasa bertanam padi-padi-palawija untuk menghemat air,” kata dia.

Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.