Laporan BOCC: Canadian Bank RBC Bank Nomor Satu Pendana Bahan Bakar Fosil Penyebab Krisis Iklim

Aksi Jakarta Climate Strike, membunyikan tanda bahaya krisis iklim di Indonesia (dok. greenpeace)

Jakarta, Villagerspost.com – Laporan tahunan ke-14 Banking on Climate Chaos (BOCC) mengungkap bank-bank besar dunia yang terus menggelontorkan miliaran dollar untuk ekspansi bahan bakar fosil. Laporan itu mengungkapkan, untuk pertama kalinya sejak 2019, salah satu bank Kanada, yaitu Royal Bank of Canada (RBC), memegang urutan pemodal tahunan nomor satu untuk pendanaan bahan bakar fosil dibandingkan bank Amerika Serikat JP Morgan Chase.

RBC menghujani proyek bahan bakar fosil dengan nilai $42,1 miliar dolar pada tahun 2022, termasuk $4,8 miliar untuk pasir tar dan $7,4 miliar untuk fracking (salah satu teknik yang dikembangkan untuk mendapatkan sisa-sisa minyak bumi yang terdapat pada sumur-sumur produksi). Bank-bank Kanada menjadi bank terakhir yang masih berupaya untuk mendanai bahan bakar fosil, mengucurkan sekitar $862 miliar sejak Perjanjian Paris.

RBC terus membiayai proyek-proyek ekspansi seperti pipa gas Coastal GasLink yang sudah retak, meski proyek tersebut melawan hak asasi manusia dan kedaulatan Adat, dan berjalan tanpa persetujuan dari kepemimpinan turun temurun Masyarakat Adat Wet’suwet’en (kelompok masyarakat adat di Kanada).

Manajer Riset dan Kebijakan Iklim di Rainforest Action Network, Merleaux, mengatakan, peluang menjaga pemanasan global di bawah 1,5ºC akan segera tertutup ketika bank-bank di dunia masih mendanai energi kotor. “Kami membutuhkan transisi energi yang berpusat pada manusia sekarang. Keuntungan saat ini hanya sebuah ekonomi palsu karena kita tidak mampu untuk terus membakar bahan bakar fosil, biayanya akan sangat besar. Perusahaan bahan bakar fosil adalah perusahaan yang menyirami planet ini dengan minyak, gas, dan batu bara, dan bank-bank besar yang memegang korek apinya. Tanpa pembiayaan, bahan bakar fosil tidak akan terbakar,” ujarnya, dalam siaran pers yang diterima Villagerspost.com, Senin (17/4).

Direktur Eksekutif, Center for Energy, Ecology & Development (CEED) Gerry Arances, mengungkapkan, semakin banyak bank mendanai perusahaan dan proyek bahan bakar fosil, semakin sedikit harapan bagi masyarakat yang rentan terhadap iklim seperti komunitas di Filipina untuk memiliki masa depan layak huni. “Saat ini, tumpahan minyak menghancurkan hotspot keanekaragaman hayati di negara kita yang dikenal sebagai Verde Island Passage, Amazon milik kami yang berada di lautan dan sayangnya juga merupakan pusat ekspansi gas fosil di negara ini. Ini adalah pengingat nyata akan kehancuran yang dapat ditimbulkan oleh batu bara, gas, minyak, dan semua bahan bakar fosil lainnya pada lingkungan dan manusia, dan bank seperti JP Morgan Chase dan investor seperti Blackrock telah mendanai kehancuran itu,” ujarnya.

Laporan BOCC ini menunjukkan, secara keseluruhan, bank-bank AS mendominasi pembiayaan bahan bakar fosil, terhitung 28% dari seluruh pembiayaan bahan bakar fosil pada tahun 2022. JP Morgan Chase tetap menjadi pemberi dana krisis iklim terburuk di dunia sejak Perjanjian Paris. Citi, Wells Fargo, dan Bank of America masih termasuk dalam 5 pemodal fosil teratas sejak 2016.

Dalam tujuh tahun sejak Perjanjian Paris diadopsi, setidaknya 60 bank swasta terbesar di dunia membiayai bahan bakar fosil sebesar $5,5 triliun. Laporan tersebut mengungkap fakta mengejutkan bahwa meskipun perusahaan bahan bakar fosil menghasilkan laba $4 triliun pada tahun 2022, bank masih menyediakan $673 miliar dalam bentuk pembiayaan. Hebatnya, ini terjadi ketika perusahaan minyak besar seperti Exxon Mobil dan Shell PLC meminta pembiayaan $0 dari bank di tahun 2022.

Ketika masyarakat Eropa dan Ukraina menyerukan transisi ke energi terbarukan untuk menghentikan pendanaan perang Rusia, perusahaan bahan bakar fosil malah menggandakan ekspansi dan melemahkan komitmen iklim mereka. Sejumlah 30 perusahaan teratas memperluas proyek gas alam cair (LNG), menggunakan situasi krisis ini untuk mengamankan hampir 50% lebih banyak pembiayaan pada tahun 2022 dibandingkan dengan tahun 2021, dari bank-bank yang diungkap dalam laporan tersebut, meskipun sebagian besar pakar energi setuju bahwa rencana ekspansi LNG di Eropa tidak diperlukan, dan proyek-proyek baru malah akan menyebabkan kelebihan pasokan dan ketergantungan jangka panjang pada bahan bakar fosil ini.

“Bank-bank telah bertaruh dengan tidak bertanggung jawab terhadap iklim kita dengan menggandakan pembiayaan mereka untuk infrastruktur gas fosil/LNG tahun lalu, dan ING milik Belanda menjadi salah satu yang terburuk. Proyek gas ini tidak akan dapat memenuhi kebutuhan energi jangka pendek Eropa atau mengurangi tagihan rumah tangga, malah akan membuat kita bergantung pada bahan bakar fosil selama beberapa dekade. Kami membutuhkan bank untuk menghentikan pembiayaan ekspansi bahan bakar fosil dan segera meningkatkan pembiayaan mereka untuk energi terbarukan yang lebih murah, untuk membantu menekan tagihan dan menghentikan ketergantungan kami pada gas Rusia,” kata Juru Kampanye Bank dan Iklim BankTrack Maaike Beenes.

Laporan BOCC juga memaparkan peta terperinci dari ledakan perluasan proyek di Pantai Teluk AS dan Filipina. Laporan ini juga menampilkan studi kasus gerakan para pemimpin iklim di Myanmar dan Filipina yang menolak ekspansi bahan bakar fosil. Menurut laporan tersebut, komitmen net zero bank-bank global sejauh ini belum menghasilkan apa-apa.

Terungkap meski 49 dari 60 bank yang diprofilkan telah membuat komitmen nol bersih (net zero emission), sebagian besar tidak diikuti dengan penerapan kebijakan ketat yang mengecualikan ekspansi pendanaan untuk bahan bakar fosil. Kebijakan tersebut masih memiliki banyak celah yang memungkinkan bank untuk terus membiayai klien bahan bakar fosil. Bank dengan pembatasan pembiayaan proyek Arktik, misalnya, tetap membiayai ConocoPhillips, yang mengembangkan proyek Willow di Arktik, proyek minyak terbesar yang diusulkan di Amerika Serikat.

Seperti yang ditegaskan oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) dalam laporannya pada bulan Maret 2023, ekspansi dan penggunaan bahan bakar fosil di seluruh sektor harus dihentikan untuk memberikan kesempatan kepada umat manusia menghindari kerusakan luar biasa bagi jutaan orang yang hidup saat ini dan banyak generasi mendatang. Mereka memperingatkan bahwa kesempatan untuk tetap berada di bawah 1,5˚C dan peluang untuk membangun masa depan yang aman, layak huni, dan berkelanjutan akan segera tertutup.

Manajer Kampanye Industri Global, Oil Change International, David Tong mengatakan, bank dan lembaga keuangan perlu dimintai pertanggungjawaban atas peran mereka dalam mendanai solusi palsu yang menyebabkan intensitas dan ancaman serius yang dihadapi Masyarakat Adat di seluruh dunia. Dia menilai, kurangnya transparansi dan greenwashing mereka membiayai solusi palsu seperti penggantian kerugian karbon melalui klaim emisi net-zero.

“Sebagai Masyarakat Adat, kami berada di garis depan perubahan iklim dan terus menjadi sasaran para pialang karbon yang ingin mengurung tanah dan wilayah Adat dan melakukan lebih banyak pembenaran pembiayaan untuk industri bahan bakar fosil. Tindakan iklim yang sebenarnya membutuhkan kita untuk tetap membiarkan bahan bakar fosil di dalam tanah, memastikan hak dan kedaulatan Masyarakat Adat dan menuntut bank, investor dan lembaga keuangan tidak lagi menyalakan api kekacauan iklim dengan mendanai pengembangan dan perluasan bahan bakar fosil,” tegas David.

Kepala Penelitian Pembiayaan of Finance Research Urgewald mengatakan, Katrin Ganswindt menegaskan, bank-bank besar terus membiayai perusahaan batu bara, minyak dan gas yang masih memperluas operasi kotornya dan memicu kerusakan iklim. “Bank harus melepas perusahaan energi yang tidak dapat atau tidak akan memikirkan kembali model bisnis yang menjadi bencana bagi lingkungan. Secara khusus, bank-bank yang dianggap sadar iklim, seperti anggota Aliansi Perbankan Net-Zero, harus menutup keran uang ekspansi bahan bakar fosil untuk selamanya,” pungkasnya.

Laporan Banking on Climate Chaos disusun oleh Rainforest Action Network, BankTrack, Indigenous Environmental Network, Oil Change International, Reclaim Finance, Sierra Club, dan Urgewald. Lebih dari 550 organisasi dan lebih dari 70 negara di seluruh dunia mendukung laporan tersebut dan menyerukan kepada bank-bank di seluruh dunia untuk menghentikan pendanaan perusakan iklim.

Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.