Mapag Tamba: Aksi “Kebo Ijo” Bantu Petani Indramayu Atasi Hama Penyakit
|
Indramayu, Villagerspost.com – Mobil Klinik Tanaman, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB beraksi kembali. Jumat (8/2) lalu, “Kebo Ijo’ menyambangi Desa Widasari dan Desa Kalensari, Kecamatan Widasari, Indramayu untuk membantu para petani di dua desa tersebut, mencari solusi terkait cara mengatasi hama penyakit tanaman. Kegiatan ini, dilaksanakan dalam rangka tradisi “Mapag Tamba” atau ritual untuk meminta keberkahan dalam usaha pertanian .
Rangkaian acara tersebut diisi salah satunya dengan acara nandur bareng alias menanam bareng benih karya para petani yang dihadiri perangka desa dan sejumlah 25 orang petani dari kedua desa. Rangkaian kegiatan juga diisi oleh klinik konsultasi pertanian, khususnya mengenai permasalahan hama penyakit tanaman dan penyampaian solusi atau rekomendasi, serta diskusi bersama Tim Klinik Tanaman.
Dalam kesempatan itu, pakar penyakit tanaman IPB Dr. Ir. Widodo mengatakan, petani Indramayu pada musim tanam ini harus mewaspadai serangan penyakit blas. “Musim ini harus waspada terhadap serangan penyakit blas terutama daerah Indramayu dikarenakan daerah tetangga yaitu Cirebon telah terserang penyakit tersebut,” ujar Widodo di hadapan para petani.
Tim KlinikTanaman sendiri, kata Widodo, telah menemukan gejala penyakit blas atau potong leher pada beberapa areal persawahan yang diamati di sekitar Balai Desa Widasari. Widodo mengatakan, serangan penyakit tersebut rawan terjadi pada lahan persawahan dengan sistem pengairan yang buruk dan lahan kekeringan.
“Pada tingkat serangan yang tinggi, penyakit ini dapat menurunkan produksi hingga 100 persen,” ujar Widodo

Untuk mengatasi ancaman ini, Widodo menyarankan agar petani melakukan pengembalian jerami ke lahan sawah guna mengembalikan bahan organik dalam tanah. Namun saran tersebut dikeluhkan oleh petani setempat dengan alasan jerami yang masih utuh menghambat jalannya traktor untuk pengolahan tanah.
“Bagaimana untuk mengatasi hal tersebut?” tanya petani. Solusi yang diberikan Widodo adalah dengan memberi agens hayati seperti EM4 dan penambahan kotoran ternak ruminansia untuk mempercepat proses dekomposisi atau pelapukan jerami tersebut.
“Pengendalian dini yang dapat dilakukan diantaranya menambah pupuk KCl, melakukan pengairan yang cukup, dan pengaplikasian teh kompos,” ujarnya. Di akhir diskusi, Widodo menegaskan, pada awal pertanaman, petani jangan terburu-buru menggunakan pestisida sintetik dan kalaupun terpaksa, harus bijak dalam menggunakannya.
Kehadiran Tim Klinik Tanaman ini mendapatkan sambutan yang baik dari warga dan Kepala Desa Widasari H. Saefuddin. “Kami berterima kasih atas kehadiran Tim Klinik Tanaman yang sudah memberikan solusi kepada petani dalam mengatasi penyakit tanaman,” ujarnya.
Acara klinik konsultasi tanaman dan diskusi itu sendiri berlangsung hangat dan akrab sejak pagi hingga malam hari pukul 23.30. Diskusi tidak hanya berputar pada masalah ancaman dan penanganan hama dan penyakit saja melainkan juga pertanian secara luas. “Usaha pertanian ini harus kita jaga untuk anak-cucu kita,” kata Widodo mengingatkan.
Ungkapan terimakasih juga disampaikan Kepala Desa Kalensari H. Masroni. “Kami merasa senang dan terbantu atas kedatangan Tim Kebo Ijo. Kami senang Tim Kebo Ijo juga melibatkan mahasiswa dan dosen Departemen Proteksi Tanaman untuk terjun langsung melihat kondisi pertanian kita, tidak hanya berkutat di dalam kampus saja,” ujarnya.
Laporan/Foto: Lisa Bela Fitriani, Mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB