Mengkopi Semangat Gerakan Saemaul Undong

Masyarakat desa membangun saluran irigasi. pemerintah mencoba mengkopi semangat gerakan saemaul unding Korea Selatan untuk bangun desa (dok. dukun magelang.org)
Masyarakat desa membangun saluran irigasi. pemerintah mencoba mengkopi semangat gerakan saemaul unding Korea Selatan untuk bangun desa (dok. dukun magelang.org)

Jakarta, Villagerspost.com – Berbagai upaya terus dilakukan pemerintah melalui Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi untuk mempercepat proses Desa Membangun. Salah satunya mengajak Pemerintah Republik Korea untuk melakukan transfer ilmu dan teknologi ke desa-desa.

Menteri Desa PDTT Marwan Jafar mengatakan, desa-desa di Indonesia memiliki potensi alam yang sangat besar namun belum terkelola secara maksimal. Karena itu, kerjasama dengan Korea diarahkan untuk mempercepat proses pemanfaatan sumber daya alam desa dengan mengangkat skill masyarakat desa.

“Kita arahkan agar ada transfer ilmu dari Korea kepada masyarakat desa, sehingga nantinya masyarakat bisa mandiri mengelola potensi desa yang ada,” ujarnya seperti dikutip kemendesa.go.id, Selasa (25/8).

Karena itulah Kemendesa PDTT menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Kementerian Administrasi Pemerintahan dan Dalam Negeri Republik Korea demi mewujudkan terjadinya transfer ilmu dari Korea. Hadir dalam acara penandatanganan MoU itu Wakil Menteri Administasi Pemerintahan dan Dalam Negeri Republik Korea Chung Chae Gun.

Ada lima poin yang ditandatangani dalam kerjasama itu, meliputi program peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan kerjasama pembangunan kawasan perdesaan dengan menggunakan model pemberdayaan masyarakat “Saemaul Undong” (Gerakan Desa Baru). Kemudian ada pula program peningkatan infrastruktur, ekonomi, sosial dan budaya.

Selain itu program penelitian dan pembelajaran bersama mengenai pembangunan perdesaan dan saling kepentingan mengenai pembangunan desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi yang dapat diputuskan bersama secara tertulis.

“Kerjasama ini akan memperkuat hubungan bilateral Indonesia dengan Korea, khususnya dalam memperkuat pembangunan desa, daerah tertinggal, dan transmigrasi. Kemitraan ini tentunya akan mendorong inisiasi-inisiasi positif bagi kemajuan dua Negara,” tegas Marwan.

Hubungan bilateral Indonesia dan Korea memang terus berkembang, terutama sejak ditandatanganinya Joint Declaraton of Strategic Partnership to Promote Friendship and Corporation in the 21st Century oleh kedua kepala negara di Jakarta, 4 Desember 2006. Penandatanganan itu dilakukan ketika Presiden Republik Korea Roh Moo Hyun berkunjung ke Indonesia dan memuat 32 item kerjasama dalam bidang politik, pertahanan, ekonomi, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi serta hukum.

Selain Korea, Indonesia juga menjalin kemitraan strategis dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Jepang, India, Amerika Serikat, Rusia, dan Australia. Namun dari semua kemitraan itu, Korea yang paling aktif dalam menindaklanjuti kemitraan strategis.

Dalam perkembangannya, intensitas people-to-people contact antara Indonesia dan Korea semakin tinggi. Tercatat sekitar 30.709 warga Indonesia bekerja atau belajar di Korea, sedangkan Kedutaan Besar Republik Korea mencatat lebih dari 40 ribu warga Korea yang tinggal dan bekerja di Indonesia. People-to-people contact juga diperkuat dengan pertukaran misi budaya, pemuda dan pelajar/mahasiswa serta wisatawan antara kedua Negara.

“Seiring meningkatnya hubungan ini, proses transfer ilmu serta aplikasi tekhnologi dari Korea ke Indonesia tentunya akan semakin mudah dilakukan. Saya akan memantau terus agar kerjasama ini bisa memberi manfaat besar bagi kemajuan desa serta meningkatkan taraf hidup masyarakat desa,” tegas Marwan.

Wakil Menteri Administasi Pemerintahan dan Dalam Negeri Republik Korea Chung Chae Gun menjelaskan, gerakan Saemaul Undong mulai lahir sejak tahun 1970-an. Hingga saat ini, gerakan ini terbukti mendongkrak pembangunan desa.

“Beberapa bulan lalu, media Korea melakukan survei apa yang bisa dongkrak pembangunan Korea, ternyata jawabannya 70 persen menyebut Saemaul Undong,” ujarnya.

Menurut dia, gerakan itu bukan hanya dorongan untuk pembangunan desa, melainkan semacam gerakan revolusi mental. “Jadi membangun mental masyarakat desa untuk maju,” tandasnya.

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.