Menjaga Bunaken, Merawat “Surga” Tuhan di Bumi Minahasa
|
Minahasa, Villagerspost.com – Penangkapan ikan dengan cara yang merusak masih saja terus terjadi di perairan sekitar Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara. Penangkapan ikan dengan menggunakan potassium, sianida yang bersamaan dengan kompresor telah membuat perikanan yang ada di kawasan Bunaken terus menurun.
Data dari Taman Nasional Bunaken sejak tahun 2012–2014 menunjukkan, setiap bulan terdapat laporan penggunaan alat tangkap tersebut. Adapun dua kali di tahun 2013, pelaku telah tertangkap tangan dengan sudah dilakukan tindakan hukum untuk mendapatkan efek jera.
Kepala Balai Taman Nasional Bunaken Ir. Ari Subiantoro, MP mengatakan, turunnya potensi perikanan di Bunaken mempengaruhi sumber nafkah masyarakat setempat selaku pengguna dan pemanfaat sumberdaya. “Sektor pariwisata juga menurun karena terjadi kerusakan lingkungan ekosistem pesisir dan laut, yakni terumbu karang, lamun dan mangrove,” kata Ari, kepada Villagerspost.com, Senin (3/10).

Hasil pengumpulan data partisipatif yang dilaksanakan pada bulan Januari 2015, menunjukkan, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir 2010-2015 rata-rata telah terjadi penurunan hasil tangkapan sebesar 10–20 kg. Untuk menghindari semakin memburuknya kondisi perikanan di Taman Nasional Bunaken, saat ini dikembangkan Pengelolaan Akses Area Perikanan (PAAP).
Lokasi sebagai model berada di Popareng, Kecamatan Tatapaan, Kabupaten Minahasa Selatan dan di Poopoh Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa. Ari menjelaskan, PAAP dipilih sebagai model pendekatan dalam pengelolaan perikanan dengan memberikan hak kelola bagi sekelompok masyarakat pada zona tradisional di kawasan konservasi Taman Nasional Bunaken.
“Kelompok tersebut harus mampu dan secara mandiri mengelola wilayah tangkapannya. Tanggung jawab yang diemban adalah melaporkan ikan hasil tangkapan dengan mengukur dan menimbang serta secara rutin melakukan pengawasan diwilayah Kawasan Larang Ambil,” tegasnya.
Saat ini PAAP sendiri diharapkan mampu menjawab tantangan terhadap berbagai persoalan yang terjadi pada pengelolaan perikanan dan wilayah pesisir. PAAP merupakan gabungan dari wilayah tangkapan secara bertanggung jawab dan lestari (fishing ground) dan Kawasan Larang Ambil (spawning area).

Ikan yang ditangkap kemudian diukur dan ditimbang selanjutnya memberikan gambaran data, stok perikanan layak tangkap di alam memadai atau tidak. Jika tidak memadai maka akan dilakukan opsi penutupan sementara waktu agar ikan membesar. “Kawasan larang ambil berfungsi sebagai tabungan ikan, apabila ikan sudah bertelur dan membesar maka akan memenuhi wilayah tangkapan di PAAP,” terang Ari.
Manfaat PAAP akan terasa apabila elemen-elemen di masyarakat mendukung secara penuh dan menghormati norma yang diberlakukan. Dukungan kebijakan pemerintah sangat diperlukan manakala wilayah tangkapan perlu untuk dibatasi mengingat stok ikan yang sedikit.
Kenapa harus ada PAAP di Popareng Taman Nasional Bunaken? Pertama, menurunnya produksi perikanan dan jumlah tangkapan nelayan. Kedua, biaya melaut semakin mahal. Ketiga, pengakuan atas wilayah pemanfaatan pada nelayan kecil. Keempat, tanggung jawab pada nelayan kecil atas masa depan atas produksi perikanan

Jika PAAP dijalankan dengan benar akan memberikan manfaat biologi, ekonomi, sosial, dan budaya seperti tersedianya stok ikan dan ketahanan pangan laut, kualitas produk serta nilai pasar, adanya komunikasi antar nelayan dalam mengelola wilayah tangkapan yang baik, menguatkan peran kelembagaan nelayan dalam mengelola wilayah tangkapan ikan.
Untuk mempromosikan PAAP secara luas dan mendapatkan norma di nelayan dalam rangka HUT GMIM Bersinode ke 82 Jemaat GMIM Bethlehem Popareng mempersembahkan berbagai akvitas. Diantaranya adalah perlombaan mengael (mancing), lomba memasak woku balanga, panjat pinang dan perlombaan tradisional seperti makan kerupuk, lari 100 m, motor lambat, tari balon yang dilaksanakan pada Sabtu (1/10) lalu.
Tujuannya selain promosi untuk memperkuat persaudaraan antar nelayan dan memberikan pengetahuan dalam menjaga alam yang lestari agar ikan tetap ada. Kegiatan yang didahului dengan ibadah yang dipimpin oleh Pdt. Grace Pomantow-Sumual di pinggir pantai alam terbuka Daseng kelompok nelayan Popareng.
Ari Subianto dalam sambutannya mengatakan, masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan konservasi harus memiliki manfaat nyata untuk kelangsungan hidup dan sumber nafkah. “Penilaian fungsi ekologis tidak hanya dilihat dari sis biofisik semata melainkan juga dilihat dari ekonomi masyarakatnya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Minahasa Selatan Frangky Tangkere sangat memuji pelaksanaan kegiatan tersebut. “Selain elemen antar pemerintah antusiasme masyarakat juga sangat kuat, ditambah dengan dukungan oleh Gereja, sehingga kepedulian lingkungan dan pelestarian menjamin keberadaan ikan agar tetap ada,” tegasnya.
Laporan: Eko Handoyo, Manajer Kampanye Pride Bogor 6 di Balai Taman Nasional Bunaken