Mercu Buana dan PAUD Quran Al Fitrah Bekasi Gelar Pelatihan Hypnosis Dalam Pengasuhan Anak

Ilustrasi pendidikan anak (villagerspost.com/eko handoyo)

Jakarta, Villagerspost.com – Universitas Mercu Buana bersinergi dengan PAUDQ Al Fitrah Bekasi mengadakan acara Teknik Hypnosis dalam Pengasuhan. Acara ini diadakan pada Jumat (13/9) lalu. “Pengasuhan akan tambah sempurna jika orang tua memiliki teknik hypnosis ini sehingga para anak dan orang tua akan tampak lebih sehat mentalnya,” kata dosen Universitas Mercu Buana Nursakinah Oktaviana Sasmita.

Nursakinah mengutip penelitian yang dilakukan Na’imah dan Kuswanto tahun 2019 lalu. Penelitian itu menjelaskan, menangani problematika perilaku perkembangan anak melalui 5 tahapan. Diantaranya adalah, identifikasi kasus dan masalah, mendiagnosis, prognosis, treatment dan evaluasi.

Kemudian, ada dua jenis karakteristik masalah perilaku bagi anak usia dini. Pertama adalah masalah internal, ditunjukkan dengan karakteristik perilaku terlalu mengontrol emosi dan impulsnya dengan demikian gambaran yang akan terjadi seseorang atau anak tersebut akan menarik diri, penuh dengan ketakutan, tertekan, menghindar.

Kedua, perilaku eksternal yaitu merujuk pada perilaku yang ditunjukkan dengan karakteristik kegagalan anak dalam mengontrol emosi dan impuls pada diri yang menyebabkan perilaku agresif, tidak patuh, mengganggu, perilaku bermusuhan, menyimpang. “Jika berlanjut akan mengganggu lingkungannya,” jelas Nursakinah.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sulastri dan Suranata (2010) yang meneliti masalah pada anak-anak usaia pra sekolah. Penelitian itu mengungkapkan, ada lima kelompok masalah yang dialami anak usia TK. Diantaranya adalah social, misalnya negativisme, emosional (cemas), moral (merusak mainan teman dengan sengaja), perkembangan pengertian (lambat memahami penjelasan atau keterlambatan bicara). “Permasalahan tersebut membuat banyak PR pekerjaan tambahan untuk para guru,” papar Nursakinah.

“Karena banyak sekali orang tua menyekolahkan anaknya untuk menjadikan anak pintar atau pun lebih baik, padahal kenyataan yang dihadapi adalah anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah ketimbang di sekolah (TK),” tambah Nursakinah.

Hal ini menjadikan beban lebih banyak di kalangan guru. Imbasnya, orang tua sendiri tidak tau perkembangan anak. Hal tersebut banyak dihadapi orang tua murid yang bekerja. “Oleh karena itu butuhnya kesadaran pada orang tua untuk tidak selalu menaruh beban kepada pihak sekolah,” ujar Nursakinah.

Pelatihan hypnosis ini sendiri, menurut Nursakinah, menjadi penting agar orang tua mampu memunculkan kesadaran tersebut, dan mengurangi beban stres mengasuh anak sambil bekerja agar tak melampiaskan emosinya kepada anak. Sementara, bagi guru teknik ini penting untuk mengurangi beban pikiran dan stres selama mendidik anak-anak, khususnya usia TK di sekolah.

Secara umum, peserta acara tidak mengerti sama sekali tentang Hypnoterapi. “Umumnya mereka hanya mengerti bahwa hypnoterapi adalah hypnosis yang sering didengar di televisi atau media masa,” kata Nursakinah.

Nursakinah menjelaskan, selama ini, rasa stres yang dialami dianggap hal yang biasa sehingga para orang tua merasa biasa melampiaskan emosinya kepada anak. Para orang tua yang mengikuti pelatihan ini, umumnya menganggap, masalah anak adalah hal yang biasa terjadi pada setiap anak, sehingga menjadi pembiasaan.

Hal tersebut dijelaskan Nursakinah dalam pelatihan ini. Contohnya, jika anak umur 5 tahun belum bisa makan sendiri. Hal ini dianggap biasa. “Padahal, dari umur 3 tahun, sebaiknya anak dibiasakan untuk makan sendiri walaupun masih berantakan dan lama,” jelasnya.

“Hal tersebut penting untuk dapat melatih motorik kasar anak, manajemen waktu dan lain sebagainya yang terkait dengan perkembangan motoriknya,” tambahnya.

Hal lain, ketika anak belum berani tampil berbicara di depan umum, atau dengan orang dewasa, umumnya para orang tua juga menganggap hal tersebut sebagai hal yang wajar. “Tetapi jika dikaji dalam psikologi, banyak kemungkinan yang terjadi dan salah satunya bisa jadi masalah wicara atau pun komunikasi yang harus ditinjau lebih dalam,” jelas Nursakinah.

“Para anak yang menghabiskan aktifitasnya di rumah karena pandemi, mungkin akan memiliki masalah ketakutan dengan orang yang baru. Karena tidak biasanya dibawa ke tempat umum yang ramai,” ujarnya.

Karena itu, orang tua perlu untuk memberikan perhatian khusus pada anak dan tak hanya membebankan pendidikan kepada pihak sekolah. Manajemen emosi di sini menjadi penting diketahui oleh pihak orang tua. Teknik hypnoterapi sendiri menjadi dasar bagi orang tua untuk bisa mengendalikan emosinya ketika berhadapan dengan anak di rumah dalam kondisi yang lelah pasca bekerja, dan membangun komunikasi yang lebih nyaman dan tenang dengan anak.

Pelatihan ini sendiri ditanggapi positif oleh para peserta. “Secara keseluruhan, para orang tua merasa puas dengan materi yang diberikan. Para orang tua merasa lebih percaya diri dan mengetahui cara melakukan hypnoterapi di rumah sehingga diyakini untuk di masa depan dapat komunikasi dengan anak lebih mudah dengan Bahasa hypnosis,” tegas Nursakinah.

Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.