Nelayan Taka Bonerate Siap Kelola Kawasan Konservasi Perikanan

Atraksi rakyat oleh masyarakat nelayan di acara pembukaan program PAAP (dok. rare indonesia)
Atraksi rakyat oleh masyarakat nelayan di acara pembukaan program PAAP (dok. rare indonesia)

Jakarta, Villagerspost.com – Taka Bonerate adalah karang atol ketiga terbesar di dunia yang berkontribusi bagi peran penting Indonesia di pusat segitiga karang sebagai jantung jaringan ekosistem laut tropis Indo-Pasifik dan keanekaragaman hayati laut dunia. Kawasan atol yang masuk ke dalam Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan ini memiliki luas total 220.000 hektare dengan sebaran terumbu karang mencapai 500 km².

Kabupaten Kepulauan Selayar sendiri termasuk Taka Bonerate sebagian besar wilayahnya yaitu mencapai 92% dari seluruh luas kawasan yang mencapai 22.885 km2 merupakan kawasan laut. Tak heran jika hampir seluruh warganya, termasuk di Taka Bonerate, menggantungkan hidupnya dari sumber daya laut. Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Selayar tahun 2014 menunjukkan mayoritas dari 13.112 jiwa penduduk Kecamatan Takabonerate merupakan nelayan kecil.

Ironisnya, peningkatan kebutuhan sumber daya perikanan laut tidak dibarengi dengan ketersediaannya di alam. “Dulu setengah hari melaut dapat 10 kg masih dianggap belum apa-apa. Tapi sekarang 10 kg sehari terhitung banyak. Dulu dapat ikan besar-besar. Sekarang, ikan yang ukuran jari pun ditangkap dan dikeringkan,” kata Nursing, nelayan dari desa Latondu menceritakan kondisi perikanan di Taka Bonerate saat ini lewat siaran pers yang diterima Villagerspost.com, Rabu (24/2).

(Baca Juga: Aksi Nelayan Wakatobi, Konservasi Akses Area Perikanan)

Keterangan Nursing ini, diperkuat oleh Data Penilaian Pedesaan Partisipatif (Participatory Rural Appraisal/PRA) pada Februari 2015 di Taman Nasional (TN) Taka Bonerate bersama masyarakat Desa Latondu dan Rajuni. Data hasil inventarisasi ikan ekonomis TN Taka Bonerate tahun 2015 menunjukkan kelimpahan ikan Kerapu (familia Serranidae) cukup rendah yaitu 209 ekor dalam area seluas 2,4 hektare atau setara dengan 17,9 ekor per hektare perairan. Ini menunjukkan perlunya tindak lanjut pengelolaan yang mendukung keberlanjutan sumber daya perikanan laut ini.

Program Pengelolaan Akses Area Perikanan (PAAP) merupakan salah satu solusi mengatasi tantangan ini. Melalui PAAP, nelayan kecil dan masyarakat sekitar kawasan mendapatkan hak khusus untuk mengelola dan memanfaatkan area tangkapnya berdasarkan peraturan, secara bertangggung jawab dan berkelanjutan. Kepala Balai TN (BTN) Takabonerate Ir. Jusman mengatakan, hal ini sejalan dengan fungsi Taka Bonerate yang diresmikan sebagai Cagar Biosfer Dunia pada Juni 2015 lalu.

Cagar Biosfer Dunia berperan dalam menggabungkan pelestarian keanekaragaman hayati dengan pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan, serta mempromosikan solusi lokal untuk memecahkan tantangan kemanusiaan yang dihadapi di wilayah tersebut. “Saat ini BTN Taka Bonerate tengah membuat pilot project pelaksanaan Kampanye Pride PAAP di Desa Latondu dan Rajuni, untuk kemudian direplikasi di desa-desa lain. Ini akan mendorong sinergi dalam mencapai tujuan bersama pengelolaan kawasan konservasi melalui perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari,” kata Jusman.

Supervisor Program Kampanye Pride PAAP di TN Takabonerate Akhmadi mengatakan, kampanye Pride PAAP menggunakan pendekatan pemasaran sosial yang memanfaatkan berbagai saluran komunikasi pemasaran komersial untuk menyentuh hati dan pikiran khalayak sasaran serta mendorong aksi perubahan perilaku masyarakat. “Tujuannya ialah mengurangi ancaman bagi sumber daya, khususnya perikanan, serta mencapai dampak konservasi dan dampak sosial berkelanjutan,” kata Akhmadi.

Peluncuran Kampanye Pride PAAP di TN Taka Bonerate disatukan dengan Festival Komunitas Pesisir (FKP) pada 19-21 November 2016 lalu yang merupakan kolaborasi antara BTN Taka Bonerate dan Komunitas Selayar Belajar, alumni Kelas Inspirasi Kabupaten Kepaulauan Selayar. FKP menyelenggarakan berbagai pertunjukan meriah untuk menumbuhkan rasa cinta pada budaya asli daerah melalui karnaval, berbagai jenis perlombaan bagi masyarakat, pentas seni, permainan tradisional Selayar seperti A’Longga, a’cake, a’patte-patte, a’sento, a’lu’ja,a’’boy, a’yeye, a’tinjang, dan lain-lain.

Juga dilaksanakan berbagai kegiatan edukasi dan kemanusiaan seperti talk show, donor darah dan donasi buku untuk sekolah-sekolah di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di Selayar, untuk menjadikan “Selayar Cerdas” di segala lini.

Manajer Kampanye Pride PAAP di TN Taka Bonerate Asep Pranajaya mengatakan, peluncuran Kampanye Pride PAAP melalui FKP ini menjadi momen penting bagi masyarakat nelayan kecil, lokal dan tradisional di Taka Bonerate untuk bersama-sama menjaga keberlanjutan sumber daya di dalam kawasan TN Taka Bonerate. “Saatnya masyarakat secara aktif dan sadar bersama-sama mengelola dan memanfaatkan secara bertangggung jawab dan berkelanjutan. Masyarakat mentaati aturan atas dasar rasa kebutuhan dan kepedulian terhadap lingkungan. Bukan atas dasar rasa takut terhadap hukum yang berlaku,” ujarnya.

Program PAAP merespons kebutuhan nelayan kecil dalam menjaga mata pencahariannya dengan memberikan  peran serta pengelolaan, termasuk pemanfaatan secara bertanggung jawab kepada nelayan kecil yang berdiam di dalam atau sekitar kawasan konservasi. Program PAAP merupakan hasil kerja sama dari Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Konservasi dan Keanekeragaman Hayati Laut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Direktorat Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem dan Rare Indonesia.

Pada 17 Februari 2016, program ini diluncurkan secara nasional di Jakarta. Program ini mengembangkan kapasitas 15 lembaga mitra pelaksana lokal yang memangku 15 kawasan konservasi dari Sabang hingga Kaimana untuk periode 2014−2017. Salah satunya ialah Balai Taman Nasional (BTN) Taka Bonerate. Nantinya, 15 kawasan ini akan menjadi model pengelolaan perikanan di Indonesia, sehingga ke depannya dapat direplikasi di daerah lain.

PAAP merupakan inovasi dalam pengelolaan kawasan konservasi. Sebelumnya, terdapat Kampanye Pride yang juga fokus terhadap perikanan berkelanjutan di kawasan konservasi dan telah membuktikan hasil nyata. Melalui Kampanye Pride pada tahun 2012–2014 di Pulau Tomia, TN Wakatobi, Sulawesi Tenggara, berhasil menunjukkan peningkatan jumlah ikan Kakap Merah dari 71 individu per kelompok pada tahun 2012 menjadi 109 individu per kelompok pada tahun 2014, berdasarkan hasil monitoring biofisik oleh BTN Wakatobi.

Oleh karena itu, Kementerian Perikanan dan Kelautan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Rare Indonesia optimis bahwa terobosan ini akan membawa dampak positif bagi pengelolaan kawasan konservasi laut dan keberlanjutan sumberdaya perikanan Indonesia. Rare dan mitra melalui kampanye Pride mempromosikan perubahan perilaku pada pengguna sumberdaya, pemangku kepentingan, pelaku pasar dan pembuat kebijakan di kawasan untuk memperoleh komitmen serta aksi nyata terkait pengelolaan berkelanjutan dari kawasan konservasi dan sumberdayanya.

“Melalui Kampanye Pride PAAP ini, para nelayan kecil menjadi jawaban dari tantangan saat ini melalui kapasitas pengorganisasian kelompok, pemahaman konservasi dan pengelolaan perikanan sehingga senantiasa patuh pada peruntukan zonasi di dalam setiap kawasan konservasi dan pada saat yang sama mampu mengelola akses area perikanan secara bertanggung jawab,” tambah Taufiq Alimi, Vice President Rare Indonesia. (*)

Ikuti informasi terkait perikanan berkelanjutan >> di sini <<

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.