Pasar Ekspor Terbuka, Prospek Bisnis Gula Semut Cerah

Gula semut dalam kemasan, produksi salah satu BUMDes di Cianjur, Jawa Barat (dok. kemendesa)

Jakarta, Villagerspost.com – Prospek bisnis gula semut ke depan dinilai akan sangat cerah. Pasalnya, dalam beberapa tahun ini, sektor gula terus menunjukan peningkatan yang cukup signifikan. Faktor ini tak lepas dari menggeliatnya permintaan baik lokal maupun untuk tujuan ekspor.

Karena itu, Kementerian Pertanian pun terus melakukan dorongan peningkatan produksi gula terhadap Kelompok Usaha Bersama (KUB). Salah satunya dengan memberi bantuan alat mesin oven dan timbangan sebagai rumah produksi.

Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang mengatakan, sudah ada 17 investor yang tertarik ikut membangun pabrik gula dengan nilai investasi rata rata mencapai Rp41,44 triliun. Pabrik ini rencananya akan dibangun di enam lokasi dengan target produktivitas mencapai 140 ton per hektare.

“Tahun lalu kan 2,2 juta ton targetnya sekarang 3,8 juta ton. Nah inilah salah satu caranya dalam meningkatkan produksi. Sekarang posisinya baru pembenihan di kebun tebu. Jadi kalau sepanjang kebutuhan air, pupuk dan bibit yang bagus dipenuhi tentu saja produktivitasnya meningkat,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Villagerspost.com, Selasa (1/1).

Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Tiwi Manunggal Sutriyana membenarkan hal tersebut. Dia mengatakan, setidaknya lebih dari 600 karung dalam bentuk kemasan pack produk gula semut yang diproduksi kelompoknya, telah terjual ke daerah seperti Yogyakarta, Jakarta, Bengkulu dan Bali. Usaha ini, kata dia, kurang lebih telah menghasilkan Rp20 juta setiap bulan.

“Saat ini kita masih menyiapkan pesanan ekpor dalam bentuk curah kurang lebih 70 kilogram per sak. Selain itu, waktu ini kami juga sedang mencoba memasarkanya ke hotel-hotel Jogja dan daerah lainnya dalam bentuk stick,” kata Sutriyana.

Menurut Sutriyana, persiapan ekpor yang dilakukan adalah dengan menyiapkan produksi yang mencapai 60 persen untuk negara Jerman, Kanada dan kawasan Asia Jepang. Sedangkan untuk eropa, kata dia, pihaknya sedang menyiapkan ekapor ke negara Prancis.

“Saat ini kami sedang siapkan kemasan khusus luar negeri dengan poin tanpa perantara. Tapi itu semua masih dalam proses pembelajaran agar pada saat pengiriman tidak ada kesalahan dan mengecewakan,” katanya.

Sutriyana menjelaskan, untuk memenuhi pangsa pasar yang lebih luas, saat ini pihaknya sudah merangkul 750 petani gula dari wilayah Kokap, Kulonprogo. Cara ini sekaligus upaya KUB dalam membantu mensejahterakan petani gula.

“Tahun 2015 kita hanya merangul 300 petani. Kemudian pada tahun 2017 kami merangkul 750 petani. Tahun ini kita targetkan untuk merangkul semua petani agar semua dapat merasakan kesejahataraannya,” katanya.

Sutriyana menambahkan, para petani yang sudah bergabung dalam produksi ini sudah mendapatkan sertifikat organik dengan skala nasional untuk melakakukan kerja secara bersama sama. Selain itu, pada tahun 2012 mereka juga sudah ditopang oleh bantuan pemerintah sebesar Rp50 juta.

Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.