Pemerintah Dorong Budidaya Perikanan Berkelanjutan
|
Jakarta, Villagerspost.com – Budidaya perikanan berkelanjutan dipercaya bisa menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Untuk itu pemerintah mendorong terwujudnya budidaya perikanan yang memperhatikan aspek lingkungan maupun usaha.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengatakan, usaha budidaya ramah lingkungan bersifat padat karya, mampu menyerap banyak tenaga kerja, memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dan menjadi tulung punggung perekonomian di daerah maupun nasional. Hal ini juga selaras dengan tiga pilar pembangunan nasional yaitu Kedaulatan, Keberlanjutan dan Kesejahteraan.
Susi menegaskan, berkelanjutan adalah frame dalam budidaya perikanan Indonesia saat ini. Dengan keberlanjutan, pilar ketiga pembangunan nasional yaitu kemakmuran akan tercapai. Apalagi dengan adanya tambahan anggaran budidaya di tahun 2016 mendatang lebih besar tiga kali lipat dibandingkan tahun ini.
“Tambahan anggaran ini akan menggairahkan para pemain budidaya, baik budidaya laut, air payau dan air tawar dan seluruh pelaku bisnis dan investasi luar negeri akan bisa masuk,” ujar Susi, seperti dikutip kkp.go.id, Sabtu (31/10).
Dalam rangka mendorong dan mempromosikan potensi ekonomi dan bisnis perikanan budidaya serta sekaligus untuk menarik investor, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB), melaksanakan Indonesian Aquaculture 2015 (Indoaqua-2015) tanggal 28-31 Oktober 2015. Acara itu dihelat di Indonesia Convention Exhibition, BSD City, Tanggerang-Banten.
Penyelenggaraan yang ke delapan ini bertema “Sustainable Aquaculture for Business and Prosperity”. Acara ini secara resmi dibuka oleh Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, dan dihadiri pula Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti serta Gubernur Banten, Rano Karno.
Secara nasional dalam kurun waktu lima tahun terakhir, usaha budidaya perikanan telah meningkat sebesar 23,74 % dari 6,27 juta ton di 2010, menjadi 14,52 juta di 2015. Dari total produksi 14,52 juta ton di tahun 2015, 70,45% merupakan produksi rumput laut, 22% berasal dari budidaya ikan air tawar seperti patin, nila, lele, gurame dan juga bandeng. Kemudian untuk udang, komoditas laut seperti kakap dan kerapu, produksinya adalah 4% dari total produksi.
Hal ini menurut Susi didukung dengan kekayaan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk sektor perikanan budidaya tersebut. Dari 11,8 juta ha lahan budidaya laut berpotensi, 2,3 juta ha lahan budidaya payau dan 2,5 juta ha lahan budidaya air tawar baru sebagian kecil dimanfaatkan.
“Selain itu, kemandirian juga menjadi hal terpenting dalam peningkatan produksi perikanan budidaya dan peningkatan perekonomian suatu daerah, kata Susi.
Daya saing produk perikanan budidaya pun harus ditingkatkan melalui pemberian nilai tambah, melalui penggunaan benih bermutu yang dihasilkan oleh induk unggul, bebas anbiotik dan obat-obatan yang dilarang dan juga melaksanakan usaha budidaya sesuai dengan Good Aquaculture Practices.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, nilai produksi perikanan budidaya pada 2014 mencapai Rp109,78 triliun dengan investasi mencapai Rp23,25 triliun.
“Dengan target produksi pada 2015 mencapai 17,9 juta ton dengan nilai produksi mencapai Rp174,7 triliun, perlu terus didukung dengan investasi dan kerja keras para stake holder serta dukungan kebijakan dari pemerintah,” pungkas Susi. (*)