Pemerintah Siapkan Rp2 Triliun Hadapi Kekeringan

Dampak kekeringan di Jawa Timur. Pemerintah sediakan dana Rp2 triliun cegah dampak buruk kekeringan (dok.dpuair.jatimprov.go.id)
Dampak kekeringan di Jawa Timur. Pemerintah sediakan dana Rp2 triliun cegah dampak buruk kekeringan (dok.dpuair.jatimprov.go.id)

Jakarta, Villagerspost.com – Fenomena El Nino yang menghadirkan ancaman kekeringan yang cukup parah bagi Indonesia diperkirakan akan menguat dari Agustus hingga November mendatang. Ancaman kekeringan ini disikapi serius oleh pemerintah mengingat cadangan pangan pemerintah juga bakal terancam jika banyak sawah-sawah yang gagal panen akibat musim kering yang panjang.

Dalam menghadapi kekeringan ini, pemerintah akan mengalihkan anggaran alokasi khusus APBN sebesar Rp 2 triliun, yang akan digunakan untuk pembuatan embung-embung di daerah. Pemerintah juga menyediakan 20 ribu pompa air dan persediaan sumur dangkal untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat khususnya untuk mengairi lahan persawahan.

“Jadi, El Nino dilaporkan ada kemarau panjang, gagal panen, kebakaran hutan dan lahan, kelangkaan air namun di beberapa tempat justru ikan melimpah. Dilaporkan oleh Menteri Pertanian akan ada sekitar 8,1 juta hektare sawah yang akan terdampak,” kata Menko Kemaritiman Indroyono Soesilo dalam jumpa pers seusai rapat terbatas yang membahas masalah kemarau panjang, di kantor Presiden, Jakarta, Jumat (31/7) sore seperti dikutip setkab.go.id.

Menko Kemaritiman yang didampingi oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dan Kepala Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi Ekasatya mengemukakan, sampai 30 Juli 2015,  dari 16 waduk utama di tanah air, sebanyak 8 waduk masih dalam kondisi normal , dan 5 waduk mengalami defisit air. “Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengatakan, masalah yang di waduk cukup besar, tidak masalah di waduk, tapi masalah kurangnya debit air,” kata Indroyono.

Adapun mengenai cadangan pangan, menurut Indroyono, saat ini Bulog membuat kajian dengan sasaran bahwa pada bulan Oktober ini diharapkan posisi cadangan bisa mencapai 2.5 jt ton. “Ini akan terus dipantau,” ujarnya.

Menurut Menko Kemaritiman, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan mengadakan kegiatan pembuangan air dari udara. Untuk itu, pemerintah mengundang partisipasi internasional untuk mengadakan upaya penindakan kebakaran hutan, dan juga upaya -upaya penindakan para pembakar hutan dan lahan.

Sementara itu Kementerian PUPR memberikan jaminan bahwa waduk-waduk yang besar kondisinya masih normal, dan siap mengerahkan 71 ribu unit pompa air tanah untuk wilayah-wilayah yang membutuhkan penyediaan air bersih.

Sekiranya diperlukan bantuan, lanjut Menko Kemaritiman, TNI akan mengupayakan upaya-upaya pemadaman kebakaran hutan, dengan pesawat hercules, helikopter, dan juga pembuatan sistem kimia retardan untuk disasarkan kepada wilayah-wilayah yang mengalami kebakaran lahan dan hutan.

Subsitusi Air

Sementara itu Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengatakan, terkait perkiraan El Nino di kebakaran hutan dan lahan, kemungkinan pemerintah terpaksa mencari jalan untuk substitusi air untuk melakukan pemadaman. Siti menyebutkan, pada beberapa daerah untuk pemadaman api, air mengalami kesulitan.

“Tadi kami sudah melapor Bapak Presiden,  minta pengarahan untuk uji coba dengan kimia. Jadi absorgen oksigen, kalau bahan kimianya dijatuhkan maka apinya mati karena dia menyerap oksigen, berarti apinya nggak ada lagi,” ujarnya.

Penggunaan bahan kimia itu, menurut Siti, bisa dilakukan dengan dukungan TNI melalui pemda. Namun diakuinya, jika hal ini memang harus diuji coba dulu. “Kita punya waktu, karena perkiraan El Nino ini akan sampai bulan Oktober, November,” jelas Siti.

Alternatif kedua, lanjut Menteri LHK, pemerintah akan menggunakan media jel atau Jelly Pack, yang akan diuji coba dulu di Taman Nasional Bromo, Tengger, sekitar Malang, Pasuruan. “Jadi kita harus coba juga,” jelas Siti.

Menurut Menteri LHK, yang paling efektif adalah menggunakan water bombing alias ditimpa pakai air. “Tapi sekarang, kita ingin intensifkan bukan hanya dijatuhkan airnya tapi juga ada energinya. Jadi pakai air track. Ditekan. Jadi apinya betul-berul mati,” terangnya.

Dengan adanya pengucuran dana sebesar Rp2 triliun untuk mengatasi kekeringan ini, berarti pemerintah telah menyediakan dana sebesar Rp5,5 triliun untuk menghadapi dampak El Nino. Sebelumnya, pemerintah juga telah mengalokasikan dana sebesar Rp3,5 triliun untuk memastikan keamanan cadangan beras.

Berdasarkan hitungan pemerintah persiapan untuk menghadapi El Nino diperlukan ketersediaan beras hingga 1,5 juta ton. Namun jika kondisi memburuk pemerintah siap untuk mencari kekurangannya.

Menko Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, untuk komoditas lain, pengaruh El Nino diperkirakan tak akan memberikan dampak serius. “Untuk gula saat ini masih aman, begitupun dengan jagung yang sedang memasuki masa panen. Untuk kedelai Indonesia memang selama ini impor. Yang paling penting adalah beras,” tutup Sofyan. (*)

Facebook Comments
One Comment

Add a Comment

Your email address will not be published.