Peneliti LIPI: Banyak Alternatif, Gula tak Perlu Impor
|
Jakarta, Villagerspost.com – Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebuh Raya Bogor Didik Widyatmoko mengatakan, Indonesia memiliki banyak sumber daya tumbuhan yang bisa di manfaatkan sebagai sumber pangan. Untuk kebutuhan gula, selain tebu, ada juga tanaman yang bisa digarap sebagai alternatif sumber gula yaitu nipah.
Jika digarap, kata ilmuwan yang juga peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini, Indonesia tak perlu mengimpor gula meski gula tebu biasa tak bisa memenuhi kebutuhan pasar. Potensi nipah, kata Didik, bisa memenuhi kekurangan itu.
“Kami meneliti pohon nipah, ada 700 ribu hektare di Indonesia. Itu sumber daya asli kita,” ujar Didik, saat ditemui Villagerspost.com, belum lama ini, di Kebun Raya Bogor.
Potensi nipah sebagai gula, kata Didik, sangat luar biasa. Nipah mudah ditanam, tinggi pohonnya cukup rendah, hanya 1,5 meter. “Nipah itu tandannya jamak. Satu pohon bisa tumbuh empat tandan. Untuk sustainability, kita bisa memanfaatkan satu tandan saja. Satu hektare lahan, bisa sekitar 600 pohon,” jelasnya.
Lewat cara ini, pohon nipah bisa meregenerasi diri sendiri, sehingga tidak mengganggu ekosistem hutan. Selama ini, gula tebu mulai ditinggalkan karena daya hasilnya yang rendah. Dari sejumlah lahan yang menanam tebu, tidak semua nya bisa menghasilkan gula.
“Peneliti, petani, pengusaha, dan pemerintah harus duduk bareng. Yang penting, mental impor kita itu harus dihapus. Potensi ini luar biasa,” tukas Didik.
Seperti diketahui, kebijakan pemerintah mengenai impor gula mentah mendapatkan tanggapan beragam di tengah masyarakat. Beberapa waktu lalu, perwakilan Kelompok Tani (Gapoktan) Gresik-Lamongan mendatangi gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, untuk menyampaikan aspirasi mereka menolak impor gula mentah.
Sejumlah 450 orang petani itu, ditemui oleh anggota Komisi VI DPR RI, Khilmi. Politisi Gerindra itu mendukung para petani untuk menghentikan impor gula mentah.
“Kami di Komisi empat sedang berjuang bagiamna impor gula dikurangi, jika perlu di-stop,” ujar Khilmi dalam keterangan tertulis, beberapa waktu lalu.
Khilmi menilai, impor gula mentah dapat mengancam hasil produksi petani tebu dalam negeri. Keberadaan gula rafinasi bisa menyingkirkan gula putih produksi petani, karena harganya murah.
“Seharusnya, kementerian Perdagangan bisa menghitung kebutuhan riil masyarakat. Guka rafinasi membanjiri pasar, jadi sekarang gula petani di gudang semua,” jelasnya.
Laporan: AF. Rizaldi, Villagerspost.com