Perempuan Nepal dan Mimpi Buruk Pasca Gempa

Perempuan dan anak-anak di Nepal rentan alami kekerasan karena tak ada perlindungan tempat tinggal permanen pasca gempa (dok. oxfam.org.au)
Perempuan dan anak-anak di Nepal rentan alami kekerasan karena tak ada perlindungan tempat tinggal permanen pasca gempa (dok. oxfam.org.au)

Jakarta, Villagerspost.com – Kaum perempuan di Nepal saat ini menghadapi ketakutan akan mengalami kekerasan lantaran kurang privasi dan keamanan yang bisa mereka dapatkan akibat harus tinggal di penampungan sementara pasca gempa Nepal. Berdasarkan riset yang dilakukan Oxfam di distrik Dhading, kaum perempuan dan gadis-gadis remaja merasa berada dalam risiko menghadapi kekerasan fisik dan seksual dalam tempat tinggal sementara yang penuh sesak dimana mereka sering kali tak punya privasi atau dinding yang kokoh.

Selain itu, toilet umum dan area yang gelap juga dimasukkan sebagai wilayah yang tak aman bagi perempuan di Nepal. Di banyak distrik yang terkena dampak paling buruk dari gempa Nepal, banyak keluarga tinggal di luar ruangan di bawah tenda-tenda terpal atau bangunan dari lembaran seng. Minimnya akses pada layanan kesehatan dan air bersih juga menciptakan ancaman kesehatan khususnya bagi perempuan hamil.

Situasi ini sangat menggelisahkan bagi para perempuan yang belum berkeluarga atau para janda dan mereka yang bercerai yang umumnya terisolasi dari komunitasnya. Perempuan-perempuan ini sangat sedikit mendapatkan dukungan dari komunitas untuk membersihkan reruntuhan dan membangun tempat tinggal yang lebih permanen.

Kaum perempuan Nepal juga kesulitan mendapatkan akses pinjaman dan kompensasi tanpa ada jaminan dari kaum lelaki. UN Women atau Entitas Perserikaan Bangsa-Bangsa untuk Kesetaraan Jender dan Pemberdayaan Perempuan memperkirakan jumlah kaum perempuan single baikl karena belum menikah atau janda atau bercerai yang menjadi kepala keluarga ini mencapai jumlah 318.000 orang di 13 distrik terparah dilanda gempa.

Country Director Oxfam Nepal Cecilia Keizer mengatakan, kaum perempuan di sana hidup dalam ketakutan bakal mengalami kekerasan fisik saat tinggal di tempat penampungan sementara. “Setelah bertahan hidup dari gempa besar situasi ini hanya akan meningkatkan trauma mereka. Keselamatan dan keamanan kaum perempuan harus menjadi prioritas utama bagi pemerintah dan organisasi kemanusiaan,” kata Keizer dalam surat elektronik yang diterima Villagerspost.com, Kamis (30/7).

Oxfam sendiri telah membentuk kelompok fokus di daerah pedesaan untuk meyakinkan kaum perempuan bahwa kebutuhan mereka didengar dan ditempatkan dalam poin utama upaya tanggap bencana gempa. Sejauh ini upaya ini menyangkut pendistribusian alat kesehatan yang sensitif gender dan pembangunan toilet terpisah untuk perempuan dan anak-anak gadis. Oxfam juga menyediakan konseling dan saran untuk mengelola kebersihan untuk mencegah persebaran penyakit melalui program radio.

Sunita Tamang (bukan nama sebenarnya), 35 tahun, dari distrik Sindhupalchok, kehilangan suaminya dua tahun lalu dan juga rumahnya saat gempa pertama. “Siapa yang akan membangunkan saya rumah sementara saya tak punya siapapun? Suami saya telah meninggal dua tahun lalu. Saya tidak punya uang untuk membangun rumah,” katanya. Untungnya pihak Oxfam dan rekan-rekan kerja Oxfam bisa membangunkan rumah untuk Sunita dan dua anak laki-lakinya.

Executive Director of Oxfam’s partner Women for Human Rights(WHR) Lily Thapa mengatakan, dengan bantuan teknis dan keuangan dari Oxfam, WHR saat ini membangun pusat untuk kaum perempuan di delapan desa dari tiga distrik untuk menyediakan platform bersama dimana perempuan bisa berbagi dan saling belajar terkait risiko bencana. Dengan proyek ini, WHR juga menyediakan dukungan psikososial dan pendampingan untuk mendapatkan dokumen legal terkait kartu identitas korban gempa dan sertifikat kewarganegaraan.

“Kami juga menyediakan layanan kesehatan dan layanan lainnya dan membantu kaum perempuan untuk berpartisipasi dalam program skema uang kas untuk kerja termasuk program pemulihan dan rekonstruksi,” kata Thapa.

Oxfam memang meletakkan isu gender sebagai pusat dari setiap kerjannya di tiga sektor yaitu penyediaan air dan sanitasi, keamanan pangan dan penghidupan serta pembangunan tempat tinggal dalam program tanggap bencana gempa bumi Nepal. Lebih jauh, Oxfam dan WHR juga bekerja dengan pejabat distrik setempat untuk membangun kepemimpinan kaum perempuan dan keterlibatan yang berarti dalam upaya bantuan dan pemulihan melalui Pusat Perempuan. (*)

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.