Pertemuan Bonn Tetapkan Dana Adaptasi Perubahan Iklim

Kekeringan hebat akibat perubahan iklim (dok. oxfam.org.au)
Kekeringan hebat akibat perubahan iklim (dok. oxfam.org.au)

Jakarta, Villagerspost.com – Pembicaraan iklim yang saat ini berlangsung di Bonn, Jerman telah memberikan pemahaman bersama antara negara-negara kaya dan negara miskin akan pentingnya menutup kesenjangan dana adaptasi perubahan iklim. Pendanaan adaptasi adalah salah satu lubang terbesar dalam Perjanjian Paris, yang akan menjadi tantangan besar pada konferensi PBB mendatang di Maroko.

Pakar perubahan iklim Oxfam Tracy Carty mengatakan, dengan masuknya pembahasan soal dana adaptasi perubahan iklim, maka untuk konferensi berikutnya di bulan November, negosiator dari negara-negara maju sekarang harus menyusun proposal yang serius untuk bagaimana untuk mengisi kesenjangan yang besar saat ini dalam pendanaan.

“Perubahan iklim bersifat menghancurkan dan orang-orang miskin di seluruh dunia masih terguncang akibat dampak yang ditimbulkannya. Fenomena super El Nino menyebabkan jutaan orang menghadapi kekurangan pangan karena cuaca ekstrim,” kata Tracy, dalam keterangan tertulis yang diterima Villagerspost.com, Jumat (27/5).

(Baca juga: Sumbang 10% Emisi, Si Miskin Terdampak Paling Parah Perubahan Iklim)

Tracy mengungkapkan, data Oxfam menyebut, 50% dari penduduk termiskin dunia hanya menghasilkan 10% dari keseluruhan emisi karbon dunia. Namun mereka menerima dampak yang paling parah akibat perubahan iklim sebagai hasil dari emisi karbon negara-negara kaya.

“Negara-negara kaya tidak harus menghindar dari komitmen yang telah mereka buat untuk menyediakan dana sebesar US$100 miliar untuk membantu penduduk termiskin di dunia, yang paling terdampak atas perubahan iklim, dan yang paling rentan terhadap banjir, badai, kekeringan, dan penyakit,” kata Tracy.

Tracy juga memuji kepemimpinan Kepala Pertemuan Iklim PBB mendatang Patricia Espinosa. Dia menilai Patricia telah menunjukkan kemampuan diplomatik yang baik saat memimpin konferensi perubahan iklim di Meksiko 2010 lalu. Pekerjaan serupa, kata Tracy, menanti Patricia dalam beberapa bulan ke depan.

“Sudah terlalu lama, negara-negara miskin ditinggalkan sendirian dalam mencoba untuk beradaptasi dengan iklim dunia yang berubah. Kami berharap untuk melihat bagaimana dia menangani tantangan monumental ini dalam memimpin hingga konferensi berikutnya di Marrakech,” pungkasnya.

Ikuti informasi terkait perubahan iklim >> di sini <<

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.