Pertemuan G20 Tidak Menghasilkan Solusi Bagi Krisis Sampah Plastik
|
Jakarta, Villagerspost.com – Greenpeace Indonesia menyayangkan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang berlangsung di Osaka, Jepang selama 28-29 Juni 2019, hanya mengangkat permasalahan sampah plastik di laut. Dalam deklarasi para pemimpin G20 mengenai lingkungan yakni poin ke-39 disebutkan target untuk mengurangi polusi tambahan dari sampah plastik di laut menjadi nol pada tahun 2050 yang dinamakan dengan Visi Samudra Biru Osaka. Caranya melalui peningkatan manajemen limbah dan solusi-solusi yang inovatif.
“Setelah KTT ASEAN yang baru-baru ini berlangsung di Bangkok, pertemuan G20 pun tidak melihat akar permasalahan sampah plastik,” ujar Jurukampanye Urban Greenpeace Indonesia Muharram Atha Rasyadi, dalam siaran persnya, Senin (1/7).
Timbulnya krisis sampah plastik, salah satunya karena konsumsi plastik sekali pakai yang begitu masif. Alhasil tingkat produksi plastik pun terus meningkat. Secara global, produksi plastik lebih dari 400 juta ton per tahunnya, di mana produsen terbesar adalah industri kemasan plastik dengan porsi mencapai 36% dari total produksi plastik.
Sementara hanya 9 persen plastik yang bisa didaur ulang, 12 persen dibakar, dan 79 persen tertimbun begitu saja di tempat pembuangan sampah hingga lingkungan sekitar termasuk laut. “Reduksi penggunaan plastik sekali pakai menjadi solusi yang paling utama. Sistem pengemasan alternatif tanpa plastik dan penggunaan kembali produk harus dikedepankan,” jelas Atha.
KTT G20 pun mengabaikan masalah perdagangan sampah plastik. Sampah plastik dari negara-negara maju kini membanjiri sejumlah negara Asia Tenggara, seperti Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Thailand, menyusul larangan impor sampah plastik yang dilakukan oleh China sejak 2018.
Laporan yang dirilis GAIA (Global Alliance for Incinerator Alternatives) menyoroti berbagai kerusakan lingkungan seperti kontaminasi air, kematian tanaman, dan penyakit, yang bisa timbul dari tumpukan sampah plastik impor. “Pertemuan-pertemuan internasional seperti KTT ASEAN dan G20 seharusnya bisa menjadi arena untuk menghasilkan terobosan terhadap krisis sampah plastik,” tegas Atha.
Editor: M. Agung Riyadi