Petani Indramayu Evaluasi Cuaca dan Hasil Panen

Petani se-Indramayu berkumpul di Desa Mekar Sari, untuk melakukan evaluasi terkait cuaca dan hasil panen (villagerspost.com/runatin)

Indramayu, Villagerspost.com – Kondisi curah hujan yang sangat sedikit pada musim tanam atau musim gadu 2019, menyebabkan hasil panen di wilayah Indramayu bervariasi. Ada yang mampu menghasilkan panen maksimal, ada pula yang panennya sedikit dan bahkan gagal total.

Untuk itu, pada Minggu (8/9) kemarin, para petani se-Indramayu yang tergabung dalam sebuah organisasi Perkumpulan Petani Tanggap Perubahan Iklim (P2TPI) menggelar pertemuan di Desa Mekar Sari, Kecamatan Patrol. Pertemuan petani itu membahas beberapa hal antara lain tentang keorganisasian dan dampak curah hujan serta evaluasi hasil panen.

Dalam kesempatan itu, Carma (54), petani asal Gabus Kulon, Kecamatan Gabus Wetan, mengakui besarnya pengaruh curah hujan terhadap hasil panen. “Kalau dalam pemetaan P2TPI disebut zona Barat-Selatan, di lahan tadah hujan milik saya, cuma mendapatkan hasil 3080 kilogram per hektare untuk lahan yang tersiram air hujan satu kali. Sedangkan yang tersiram sampai dua kali mendapatkan hasil 5040 kilogram per hektare,” ujarnya.

Lain lagi cerita Wartijah (43), petani asal Desa Mekar Sari, Kecamatan Patrol yang mengalami gagal panen akibat serangan penyakit hawar daun padahal kondisi pengairan di desanya bisa mencukupi. “Seandainya tak ada serangan penyakit tersebut yang menyerang di hamparan seluas 35 hektare, sawah di desa kami tentu bisa panen maksimal,” ujarnya.

Wartijah mengaku hanya bisa pasrah dengan kondisi tersebut. “Saya hanya mencoba bertahan mengandalkan penghasilan lain untuk mencukupi kebutuhan keluarga saya,” ujarnya.

Sementara, kondisi berbeda juga dialami wilayah Timur-Utara dan Timur-Selatan. Dari catatan hasil panen Condra (49), petani asal Tegal Sembadra, Kecamatan Balongan, walaupun hamparan sawahnya pada posisi golongan tiga dari zona pengairan, tetapi panen musim gadu tahun 2019 dibilang cukup lumayan bagus. “Panen kali ini mendapatkan 6054 kilogram per hektare. Hasilnya lebih banyak musim gadu sekarang daripada musim gadu tahun lalu,” ujarnya.

Dari wilayah Timur-Selatan, Tarsono (35), petani asal Desa Nunuk, Kecamatan Lelea, melaporkan, wilayahnya mendapatkan hasil 7245 kilogram per hektare. “Meski begitu, beberapa wilayah lainnya ada sebagian yang gagal panen akibat kekeringan,” ujarnya.

Pada musim rendeng mendatang, rencananya hampir seluruh anggota petani P2TPI akan melakukan eksperimen kompos pada lahan masing-masing anggota. Tujuannya untuk memberikan sebuah pembelajaran bahwa mengembalikan kesuburan tanah itu sangat penting untuk keberlangsungan usaha pertanian. “Karena perubahan iklim saat ini tidak lepas dari akibat perlakuan manusia itu sendiri,” pungkas Tarsono.

Laporan/Foto: Runatin, Petani Muda Pemulia Benih, asal Desa Nunuk, Indramayu, Jawa Barat

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.