Petani Muda Jawa Barat Bangkitkan Pertanian Ramah Lingkungan

Sesi diskusi para petani muda asal Indramayu, Subang dan Cirebon, meningkatkan kesadaran akan pentingnya pertaian ramah lingkungan (dok. komunitas petani ramah lingkungan)

Indramayu, Villagerspost.com – Puluhan petani muda yang berasal dari berbagai desa di Indramayu, Subang dan Cirebon, berkumpul di Desa Nunuk, Kecamatan Lelea, Indramayu, Jawa Barat, Minggu (22/12). Lewat pertemuan tersebut, para petani muda Jawa Barat tersebut memancang tekad untuk membangkitkan kembali sistem pertanian ramah lingkungan.

Udin Rosidin (49), salah seorang petani yang hadir dalam pertemuan tersebut mengatakan, selama ini cara bertani yang dikembangkan umumnya petani mengalami sesat pikir. Mengejar target produksi, yang juga didorong oleh berbagai program pemerintah, petani jor-joran menggunakan input kimia sintetis. Hasilnya, dalam jangka panjang ternyata residu dari input kimia sintetis justru menurunkan tingkat kesuburan tanah dan juga membuat ekosistem pertanian menjadi rentan terhadap serangan hama dan penyakit.

“Apa yang dilakukan selama ini dalam bertani ternyata ada yang salah sehingga kesuburan tanah makin berkurang dan terus berkurang tiap waktunya dan ketidakseimbangan ekosistem juga semakin tinggi,” kata Rosidin.

“Oleh karena itu kita harus melakukan perubahan dalam pola bertani supaya tanah kembali sehat,” kata Udin Rosidin, menambahkan. Para petani muda Jawa Barat yang hadir dalam pertemuan tersebut itupun kemudian menegaskan tekad mereka untuk melakukan perubahan pola bertani dari konvensional ke pertanian yang ramah lingkungan.

Petani muda Indramayu, Subang dan Cirebon membentuk komunitas petani ramah lingkungan, menyuburkan kembali lahan pertanian yang rusak akibat input kimia sintetis (dok. komunitas petani ramah lingkungan)

Tekad tersebut mereka wujudkan lewat pembentukan “Komunitas Petani Ramah Lingkungan”. Terpilih sebagai ketua adalah Sukirno (40), seorang tokoh petani yang selama ini paling bersemangat untuk melakukan penyembuhan tanah di lahannya yang memang sudah berkurang kesuburannya akibat terlalu lama menggunakan pestisida kimia dan pupuk kimia.

“Tujuan dari terbentuknya komunitas ini adalah supaya para petani bisa saling sharing pengetahuan supaya menjadi petani yang ramah lingkungan dan petani yang tidak banyak ketergantungan pada pihak lain dan bersama-sama belajar melakukan perubahan dari sesat pikir,” kata Sukirno.

“Dalam bertani kita dituntut harus kreatif supaya bisa mengurangi ketergantungan pada pihak lain,” tegas Sulaeman (35), petani muda yang juga sedang berjuang mengembalikan kesuburan lahannya dengan meninggalkan imput kimia sintetis.

Laporan: Runatin, Petani Muda Pemulia Benih asal Desa Nunuk, Indramayu, Jurnalis Warga untuk Villagerspost.com

Facebook Comments
One Comment

Add a Comment

Your email address will not be published.