Potensi Pertanian Desa, Atasi Ancaman Kelangkaan Pangan

Perbaikan irigasi desa. Pengembangan pertanian desa jadi salah satu cara atasi ancaman kelangkaan pangan (dok. pengairan.malangkab.go.id)
Perbaikan irigasi desa. Pengembangan pertanian desa jadi salah satu cara atasi ancaman kelangkaan pangan (dok. pengairan.malangkab.go.id)

Jakarta, Villagerspost.com – Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) Marwan Jafar mengatakan, Indonesia cepat atau lambat akan mengalami kelangkaan pangan. Ini terlihat dari semakin meningkatnya angka impor pangan nasional dari tahun ke tahun. Impor beras misalnya, dari tahun ke tahun terus meningkat.

Indonesia merupakan negara pengimpor beras dari Vietnam, Thailand, Pakistan, India, dan Myanmar. “Perkiraan ancaman kelangkaan pangan tersebut semakin terasa, terutama bagi Indonesia sebagai Negara agraris yang perlahan menjadi Negara industri,” kata Marwan seperti dikutip kemendesa.go.id, Minggu (31/1).

Marwan menjelaskan, potensi kelangkaan pangan tersebut telah menjadi ancaman yang serius. Karena itu, kata Marwan, pihaknya berupaya untuk membantu mengatasi ancaman kelangkaan pangan itu dengan membangun dan mengembangkan potensi pertanian di desa-desa. Menurutnya, pertanian adalah watak Indonesia yang harus terus dikembangkan.

“Meskipun Indonesia akan menjadi poros maritim dunia, pertanian tidak boleh kita lupakan. Kita bisa memanfaatkan dana desa untuk membangun dan mengembangkan pertanian desa. Karena pertanian dan perkebunan ini kan sumbernya dari desa. Nah, kita bisa memanfaatkan dana desa untuk ini,” ujarnya.

Dikatakan Marwan, dana desa dapat dimanfaatkan untuk membangun infrastruktur yang dibutuhkan oleh sektor pertanian desa. Dengan demikian diharapkan pertanian masyarakat desa tidak lagi terhambat oleh minimnya ketersediaan fasilitas pertanian.

“Dana desa ini dapat dimanfaatkan untuk membangun irigasi misalnya, atau infrastruktur lain yang dapat menunjang pertanian,” ujarnya.

Marwan juga mengatakan, pihaknya akan melakukan penandatanganan memorandum kesepahaman dengan Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia, untuk berkolaborasi dalam membangun dan mengembangkan pertanian desa. “Kita bisa saling berkolaborasi, bahkan saya harap kontribusi para sarjana pertanian ini dapat memberikan inovasi dan kreatifitas baru untuk pertanian Indonesia, khususnya di desa,” ujarnya.

Marwan juga berharap, dengan nota kesepahaman ini akan semakin banyak sarjana dan ahli bidang pertanian yang mau kembali ke desa. Ia meyakini, sinergi antara sarjana, industri, pemerintah, dan masyarakat akan dapat menghadapi ancaman langka pangan. “Ini juga merupakan lompatan yang luar biasa, untuk memperkuat desa secara ekonomi,” ujarnya.

Terdapat dua kunci pokok yang akan dilakukan Kementerian Desa, PDTT dalam menghadapi kelangkaan pangan. Pertama, adalah dengan membangun dan mengembangkan pertanian desa. Selanjutnya, dengan memperkuat kelembagaan pertanian di desa.

“Selain menjadikan potensi pertanian di desa menjadi lebih maju, hasil pertanian dapat diberdayakan melalui BUMdes (Badan Usaha Milik Desa),” ujarnya.

Sebagai informasi, Indonesia saat ini telah mengalami penyusutan luas lahan pertanian, dari 9,1 juta hektare menjadi 7,1 juta hektare. Luas lahan ini jauh dari lahan sawah ideal yang direncanakan sebesar 15 juta hektar.

“Penyusutan lahan ini bukan hanya karena adanya perubahan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan perkebunan. Namun juga alih fungsi lahan pertanian menjadi tempat tinggal, industri dan peruntukan lahan non pertanian lainnya,” ujar Marwan.

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.