Produksi Turun, Susi Sarankan Restocking Ikan di Sumatera Selatan

Nelayan membawa ikan hasil tangkapannya (dok. wwf)

Jakarta, Villagerspost.com – Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengakui adanya penurunan produksi perikanan di perairan Sumatera Selatan, terutama produksi ikan air tawar di perairan umum yang disebabkan degradasi lingkungan. Hal itu diungkapkan Susi saat mengisi kuliah umum bertema “Jayakan Perikanan dan Kelautan Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia 2045” di Universitas Sriwijaya, Palembang, Senin (17/9).

Terkait penurunan produksi ikan di Sumatera Selatan ini, Susi meminta, sebaiknya dilakukan restocking di perairan umum tersebut. Hal itu diusulkan oleh Rektor Unsri dalam sambutannya, yang menyebutkan, akan dilakukan restocking perairan umum guna mendorong tumbuhnya perikanan daerah.

“Program budidaya, dengan restocking perairan-perairan umum kita akan mendukung penuh Pak Rektor, kalau ada program apa yang berkaitan dengan perairan umum untuk pembibitan, untuk melakukan restocking. KKP dengan senang hati akan memberikan bantuan, baik bibit, maupun teknologi apapun yang di perlukan. Ekskavator, bila perlukan juga silahkan ajukan. Untuk kita bisa membantu daerah, menjadikan lumbung ikan nasional di setiap wilayahnya,” lanjut Susi.

Susi pun meyakini, orang Sumatera Selatan ini adalah salah satu suku yang paling banyak makan ikan selain Sulawesi Selatan. “Karena banyak makan ikan, saya yakin orangnya juga pintar-pintar, kalau ndak pintar berarti karena malas saja,” tambahnya.

“Saya harapkan Unsri dan seluruh mahasiswa Himapikani, Sekjen (Himapikani) sudah bicara tentang memperbaiki kebersihan dari sampah-sampah di Sungai Musi. Saya dukung penuh, dan saya harapkan itu tidak menjadi kebiasaan setahun sekali, tapi menjadi kebiasaan kita semua untuk selalu membersihkan dan menjaga wilayah perairan kita. Baik itu perairan darat, maupun perairan laut,” ujar Susi.

Susi menambahkan, orang Sumatera Selatan harus sudah mulai merubah kebiasaan, sikap dan budayanya. “Menjadikan sungai menjadi beranda rumah kita. Sama yang di pinggir laut. Juga harusnya menghadap ke laut. Bukan lagi dapur yang dihadapkan ke sungai, buang sampah ya di dapur,” ungkapnya.

Susi mengingatkan, Indonesia akan menjadi tuan rumah acara Our Ocean Conference di Bali pada 29-30 Oktober mendatang, yang mengundang delegasi dari 160 negara. “Saya harapkan Indonesia punya komitmen dari 20 juta hektar wilayah konservasi laut, kemudian memberikan kontribusi mengurangi sampah di laut sejumlah 70% dari yang kita lakukan sekarang. Jangan sampai sampah di laut kita meningkat. Karena kalau tidak, nanti 2030 akan lebih banyak sampah di laut atau sungai daripada ikannya,” tegasnya.

Susi juga menaruh harapan besar kepada para mahasiswa yang hadir, untuk dapat melakukan pembangunan, khususnya pembangunan di perairan, harus sesuai kaidah keberlanjutan. “Pembangunan yang dibuat baik, infrastruktur maupun pembangunan di wilayah air lainnya harus sesuai dengan kaidah sustainability, yakni menjaga wilayah air itu tetap produktif. Para akademisi, kemudian seluruh stakeholder dari pada negeri ini bahu membahu memastikan bahwa pembangunan maritim kita itu menuju pada poros maritim dunia yang kita harapkan yang akan terjadi pada tahun 2045,” paparnya.

Susi juga mengingatkan kembali tentang kemajuan digitalisasi dan persaingan global yang semakin ketat saat ini. Hal ini mengingat pertumbuhan jumlah penduduk yang drastis, namun tidak dibarengi lapangan kerja yang tidak terbuka luas. Susi berpesan agar akademisi dapat memanfaatkan fasilitas dan kesempatan yang ada. Tak lupa, untuk meningkatkan kreatifitas dan inovasi.

“Maka pakai smartphone untuk riset, study, membaca dan mencari tau apa yang sebetulnya terjadi. dan apa yang akan terjadi di dalam dunia bisnis, ekonomi, politik dan juga yang lainnya. Kalau tidak, kalian akan ketinggalan karena mengubah birokrasi itu perlu waktu itu sangat lama. Tapi kalian dengan mempunyai smartphone di tangan digunakan dengan benar. Jangan cuma chating-chating yang tidak jelas,” ujarnya.

Susi kembali menegaskan tentang pentingnya sinergi dari berbagai pihak. “Di sinilah sinergi universitas, sinergi pemerintah, sinergi masyarakat sipil dan terutama generasi muda bergerak. Kita harus bersama mempersiapkan diri. Industri four zero (4.0) terus di galakkan. Digitalisasi terus merambah ke semua lini, Kita tidak boleh kalah oleh kemajuan jaman. Kita tidak boleh terkucil oleh globalisasi. Kita harus beradaptasi. Kita harus memastikan bahwa sumber daya alam kita, kita miliki kedaulatannya dan kita menguasai pengelolaannya,” ujarnya.

Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.