Reforma Agraria, Jokowi Targetkan 5 Juta Sertifikasi per Tahun

Program sertifikasi tanah untuk petani di Jawa Barat (dok. jabarprov.go.id)
Program sertifikasi tanah untuk petani di Jawa Barat (dok. jabarprov.go.id)

Jakarta, Villagerspost.com – Presiden Joko Widodo menargetkan untuk menerbitkan 5 juta sertifikat untuk mempercepat realisasi reforma agraria. Dalam Rapat Terbatas tentang Reformasi Agraria, di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (24/8) sore, Jokowi menegaskan, reforma agraria dapat menjadi cara baru untuk mengatasi kemiskinan dan ketimpangan ekonomi, khususnya di pedesaan.

Karena itu, dia meminta agar Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) melakukan pensertifikatan tanah dalam jumlah besar-besaran. “Fokus saja pada satu, dua, tiga provinsi. Tetapi setiap tahun kita akan tambah, tambah, tambah. Kalau bisa mensertifikatan 5 juta per tahun itu sudah sesuatu yang lompatannya sangat besar,” kata Jokowi.

Presiden menegaskan, semangat reforma agraria adalah terwujudnya keadilan dalam penguasaan tanah, kepemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, wilayah, dan sumber daya alam. Selain itu, reforma agraria diharapkan juga harus bisa menjadi cara baru menyelesaikan sengketa-sengketa agraria antar masyarakat dengan perusahaan maupun dengan pemerintah.

Untuk itu, Jokowi meminta Kementerian/Lembaga terkait melakukan langkah percepatan implementasi reforma agraria. “Wujudkan kebijakan peta tunggal (one map policy). Lakukan sinkronisasi sistem hukum dan semua peraturan sehingga tidak menimbulkan dualisme, tidak menimbulkan multitafsir, dan mengakibatkan sengketa agraria,” tegas Presiden.

Jokowi juga meminta agar dilakukan penataan sektor pertanahan melalui legalisasi sertifikat aset. Ia menegaskan, jangan sampai terjadi seperti sebelum-sebelumnya, dimana rakyat dipersulit ketika mengurus sertifikat. “Kalau rakyat ngurus sertifikat bertahun-tahun, tetapi yang gede-gede kalau ngurus sertifikat hanya sehari, dua hari, tiga hari. Ini harusnya terbalik-balik,” ujarnya.

Presiden juga meminta segera dilakukan implementasi program penyediaan akses tanah melalui redistribusi tanah terutama Hak Guna Usaha (HGU) yang tidak diperpanjang, tanah-tanah terlantar dan pelepasan, serta pemanfaatan kawasan hutan agar lebih memberikan manfaat pada rakyat.

“Lakukan edukasi serta penguatan pada masyarakat untuk memperbaiki tata guna tanah sehingga lebih produktif,” tambah Presiden.

Dalam kesempatan itu, Jokowi juga mengutip survei terbaru Badan Pusat Statistik (BPS). Dari survei itu diketahui, kemiskinan di pedesaan perlu mendapatkan perhatian bersama. Untuk itu, pemerintah akan berkonsentrasi untuk mengatasi kemiskinan di pedesaan dengan menggunakan berbagai pendekatan-pendekatan.

Diantaranya adalah mulai dari percepatan infrastruktur di pedesaan, optimalisasi Dana Desa untuk sektor-sektor produktif, maupun memperluas akses permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Selain itu, Jokowi memandang  perlu segera dilakukan langkah-langkah terobosan untuk menyelesaikan akses terhadap tanah, serta persoalan ketimpangan penguasaan tanah di pedesaan.

Ia mengemukakan, sebagian besar petani di desa adalah buruh tani yang tidak memiliki lahan dan petani gurem yang memiliki lahan kurang dari 0,3 hektar perorang. Dua kategori petani itu, lanjut Presiden,  mempunyai tingkat pendapatan yang sangat rendah.

Jokowi berharap reforma agraria dapat menjadi cara baru untuk mengatasi kemiskinan dan ketimpangan ekonomi, khususnya di pedesaan. “Tingkat pendapatan yang rendah inilah yang menjadikan para buruh tani dan petani gurem paling rentan terhadap kenaikan harga bahan pangan serta juga mendorong peningkatan urbanisasi ke kota-kota,” ujarnya.

Ikuti informasi terkait reforma agraria >> di sini <<

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.