Relawan Informasi: Perkembangan Korban Gempa dan Tsunami Palu-Sigi-Donggala 30 September-1 Oktober

Peta pusat gempa yang mengakibatkan tsunami dan menghantam Palu, Donggala dan sekitarnya di Sulawesi Tengah (dok. bmkg)

Palu, Villagerspost.com – Sejak pagi Minggu (30/9), kami dari tim Relawan Informasi bergerak ke wilayah Kecamatan Mantikulore, Palu Utara, dan Tawaeli. Kami menemui korban di beberapa posko pengungsian di Kelurahan Layana, Mamboro, Kayumalue Pajeko, Panau, Pantoloan Induk, dan Pantoloan Boya. Selain berjumpa dengan warga, kami juga menemui pihak RT/RW dan kelurahan untuk menyampaikan informasi terkait cara mengakses bantuan yang disediakan oleh Satuan Tugas (Satgas) penanganan bencana yang dikoordinir oleh Komandan Resimen Militer (Danrem) Tadulako.

Situasi pengungsi sebagian besar masih memilih tinggal di bukit atau di dataran yang lebih tinggi. Situasi pengungsi kehabisan air minum dan kekurangan makanan dan pakaian, namun sebagian kecil warga ada yang sudah berani kembali ke rumah dan memilih membuat tenda di jalan depan rumah, juga di lapangan. Kami juga menjumpai ribuan kendaraan motor dan mobil bergerak meninggalkan Palu, akibatnya terjadi kemacetan di sepanjang jalan menuju ke Palu Utara.

Kondisi lapangan di keseluruhan wilayah Palu Utara, daerah pesisir pantai kurang lebih 500 meter ke darat terhempas tsunami, rumah, sekolah, tempat ibadah hampir tak tersisa. Masyarakat mengambil barang di kawasan pergudangan yang dirusak oleh gempa dan diterjang tsunami, juga mengambil di beberapa minimarket, meski tidak semuanya bahan makanan atau minuman, tetapi juga barang yang bukan kebutuhan primer.

Di situasi itu, keadaan menjadi “siapa kuat dia dapat”. Ada pula pihak minimarket atau swalayan yang sukarela memberikan bantuan makanan dan minuman pada warga. Sayangnya bantuan ini tidak terbagi pada warga yang memilih mengungsi di ketinggian yang jauh dari tempat pemberian bantuan tersebut.

Hari ini, Senin (1/10), kami bergerak menjumpai pengungsi di wilayah Palu Barat di Kelurahan Silae, Tipo dan di halaman BMKG. Kami juga membagi informasi terkait cara mengakses bantuan. Di Silae seorang pengurus kelurahan bernama Nila, sudah mendata 700 kk pengungsi, kabarnya akan datang 1000 paket bantuan yang akan didistribusikan sore tadi. Berharap bantuan itu telah diterima oleh pengungsi karena di Tipo, dari 3 posko mandiri bentukan pengungsi yang kami temui belum ada yang menerima bantuan.

Sementara itu jalur mereka dilewati oleh mobil-mobil yang mengangkut bantuan dari luar. Sempat terjadi ketegangan di Tipo karena seorang ketua RT dari salah satu posko pengungsian memimpin warganya menutup jalan agar ada bantuan diturunkan kepada mereka. Setelah negosiasi akhirnya jalan dibuka, dengan jaminan salah satu mobil bantuan dari Soppeng, Sulawesi Selatan, akan menurunkan bantuan makanan pada mereka.

Dari situasi lapangan hari ini, fakta penyaluran bantuan belum terkoordinasi dengan baik. Lemahnya jaringan seluler dan padamnya listrik membuat informasi terkait mekanisme penyaluran bantuan tidak sampai pada warga. Kehabisan BBM juga menjadi penyebab utama sehingga korban gempa dan tsunami tidak dapat aktif mengakses bantuan.

Hari ini kami menerima belasan laporan warga via telepon, sms, whatsapp, dan facebook, terkait posko pengungsi yang membutuhkan bantuan logistik, termasuk yang mengabarkan orang hilang. Korban juga mulai mendatangi Posko Relawan Informasi untuk meminta bantuan menelepon keluarganya maupun yang meminta informasi bantuan logistik serta yang meminta verifikasi informasi terkait berbagai berita yang beredar di media sosial.

Terakhir, kami berharap alokasi logistik bisa melakukan pendekatan “jemput bola” untuk menjangkau posko-posko pengungsian yang jauh dari posko utama penanganan bencana di Makorem Tadulako, terlebih karena wilayah terdampak bencana tidak saja berada di Kota Palu tetapi juga Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala.

Palu, 1 Oktober 2018, Posko Relawan Informasi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.