Rici Solihin: Berdayakan Petani Lokal lewat “Paprici”

Rici Solihin di kebun paprika miliknya (dok. rici solihin)
Rici Solihin di kebun paprika miliknya (dok. rici solihin)

Jakarta, Villagerspost.com – Saat ini, salah satu masalah utama yang dihadapi oleh petani kecil di pedesaan adalah terlalu panjangnya rantai distribusi sayuran dari tingkat petani ke konsumen akhir. Hal ini berdampak pada rendahnya pendapatan petani yang hanya berkisar rata-rata Rp12 juta per tahunnya atau di bawah upah minimum regional (UMR).

Rici Solihin menilai, terlalu banyaknya perantara alias tengkulak selain mengikis pendapatan petani lokal, juga menyebabkan biaya logistik meningkat. “Waktu pengiriman barang menjadi lama serta kualitas barang berkurang. Masalah tersebut berdampak pada tingginya harga di tingkat konsumen akhir, namun tidak disertai dengan kualitas bagus,” kata petani muda kelahiran Bandung, 21 Agustus 1990.

Karena itulah, Rici tergerak untuk membangun bisnis hortikultura yang bisa memangkas rantai distribusi hasil pertanian, khususnya sayuran. Tujuannya agar dapat memangkas biaya logistik dan waktu pengiriman barang, meningkatkan kualitas produk agar lebih segar ketika sampai di tangan konsumen serta meningkatkan pendapatan petani lokal.

Maka kemudian lahirlah “Paprici”, sebuah usaha dalam bidang hortikultura dan makanan olahan di Bandung. Selain memangkas rantai distribusi, Paprici dibangun untuk melayani konsumen Indonesia yang kebanyakan  tergolong kalangan ekonomi menengah, yaitu sebagai konsumen yang berorientasi pada nilai produk, pelayanan prima serta harga yang kompetitif.

Rici mengatakan, mengoptimalkan di sini berarti bukan sekedar memotong rantai distribusi. “Karena hal tersebut tentu malah akan memunculkan permasalahan baru, yakni pengangguran,” katanya.

Sebagai proyek awal, sudah empat tahun ini Paprici berupaya untuk mengoptimalkan rantai distribusi paprika di Desa Pasirlangu, Kabupaten Bandung Barat. Caranya dengan meningkatkan kualitas hasil panen serta pelayanan pengiriman barang ke konsumen tanpa melalui banyak perantara guna meningkatkan margin profit bagi petani serta memberikan produk segar dan berkualitas bagi konsumen.

Bagaimana dengan pihak-pihak yang sebelumnya berperan sebagai perantara? Oleh Rici, mereka diedukasi menjadi sumber daya manusia dalam menciptakan produk olahan berbasis paprika serta limbah pertaniannya. “Harapan ke depannya yakni dapat menjadikan Desa Pasirlangu sebagai pilot project bagi pengembangan desa pertanian terpadu serta Eco-Village tujuan wisata edukasi pertanian,” katanya.

Rici membangun Paprici dengan motivasi membangun usaha dengan prinsip ekonomi berbagi (sharing economics) yang mulai banyak digalakan oleh anak muda. Prinsip yang sama dengan bertani, yakni berbagi. Nilai-nilai berbagi di sini dapat tercermin sejak mengutamakan kestabilan pangan lokal sebelum memenuhi permintaan dari luar yang tentunya bertolak belakang dengan konsep kapitalis yang merebak saat ini, dimana yang mempunyai kekuatan uang paling kuat maka akan menguasai segalanya.

“Berbekal pengalaman saya menjadi dosen praktisi di beberapa universitas yang ada di Jawa Barat dan DKI Jakarta serta mentor bagi 200 calon wirausaha muda di Jawa Barat dan Jakarta serta membina sekitar 30 petani di Bandung, Garut dan Tasikmalaya, maka saya berharap dapat menjadi role model sebagai petani mudsinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak sehingga tercipta kebersamaan,” kata Rici terkait motivasinya untuk ikut ajang pemilihan Duta Petani Muda.

Dia berharap, ke depan akan semakin banyak anak muda yang bangga menjadi petani muda dan mampu meningkatkan nilai pangan lokal serta dapat bersaing di pasar internasional.

Ikuti informasi terkait pemilihan Duta Petani Muda >> di sini <<

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.