Sambangi Gunung Kidul, Safari Klinik Tanaman Bahas Kekeringan dan Peternakan

Tim Klinik Tanaman IPB berdiskusi dengan masyarakat Gunung Kidul memecahkan masalah kekeringan dan pakan ternak (dok. klinik tanaman ipb)

Yogyakarta, Villagerspost.com – Safari Klinik Tanaman yang dilaksanakan oleh Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB pada Selasa (9/10) kemarin menyambangi wilayah Gunung Kidul, Yogyakarta. Dalam kesempatan itu, para pakar pertanian IPB bertemu dan berdiskusi dengan 60 orang dari kelompok wanita tani, Dinas Pertanian Gunung Kidul, BPP Wonosari, dan para penyuluh lapangan.

Kegiatan Safari Klinik Pertanian kali ini berfokus pada klinik kesehatan tanaman dan pengolahan pakan ternak. Dalam kesempatan itu, masyarakat menyampaikan beberapa masalah yang dihadapi di antaranya adalah adalah kesulitan air untuk pertanian dan pemeliharaan ternak.

“Hujan sudah tidak turun di sini selama tujuh bulan terakhir. Peternak didaerah tersebut harus mendatangkan pakan hijauan ternak dari Magelang,” kata Bambang Sukoco, di awal acara.

Menanggapi keluhan itu, perwakilan LPPM IPB Prof. Dr. Sugeng Hari Suseno, MSc mengatakan, kehadiran IPB di masyarakat, khususnya petani untuk menemukan masalah yang selanjutnya dapat merumuskan solusi. “Informasi-informasi yang di dapat dari petani juga akan disampaikan kepada kemeterian pertanian sebagai pihak yang berwenang dalam upaya perbaikan pertanian di tingkat pusat,” ujarnya.

Pada sesi pemaparan solusi dan diskusi, Dr. Ir. Hermanu Triwidodo, MSc dari Klinik Tanaman IPB mengatakan, seluruh elemen yang bertanggung jawab terhadap bidang pertanian di Gunung Kidul harus mampu bersinergi untuk menyelesaikan masalah pertanian di daerah tersebut. Hermanu juga mengimbau kepada peserta yang hadir untuk belajar dari fakta-fakta dan pengalaman yang ada agar pertanian di tempat mereka bisa diselamatkan.

“Mengingat masa kemarau yang panjang selama tujuh bulan di Gunung Kidul, sebaiknya mengantisipasi potensi ledakan belalang ketika masuk musim hujan,” ujar Hermanu.

Wakil Kepala LPPM IPB prof. Dr. Sugeng Heri Suseno menambahkan, untuk mengendalikan hama, petani dapat membuat kitosan. Kitosan adalah senyawa kimia yang berasal dari bahan hayati kitin, suatu senyawa organik yang umumnya diperoleh dari kerangka hewan invertebrata seperti kepiting dan udang.

Kitosan mempunyai sifat antimikrobia melawan jamur lebih kuat dari kitin. Jika kitosan ditambahkan pada tanah, maka akan menstimulir pertumbuhan mikrobia mikrobia yang dapat mengurai jamur.

“Pembuatan kitosan dimanfaatkan dari bahan bahan seperti cangkang udang, cangkang kepiting dan cangkang kerang. Hal yang paling penting dalam pembuatan kitosan ialah proses dimineralisasi dan deproteinasi,” papar Sugeng.

Sementara itu pakar ilmu ternak IPB Dr. Ir. Afton Atabany mengatakan, untuk mengantisipasi masa kemarau panjang yang membuat ketersediaan pakan ternak berkurang, peternak harus mampu menabung pakan ternak pada musim hujan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pembuatan silase (pakan berkadar air tinggi hasil fermentasi) pakan ternak untuk mempertahankan ketersediaan pakan.

“Pembuatan silase sangat mudah dilakukan, bahan yang digunakan juga mudah didapatkan, seperti tetes tebu, serta daun rerumputan. Untuk menjaga kualitas pangan sebaiknya jenis pakan yang digunakan tidak hanya 1 jenis saja, melainkan dari macam dedaunan dan rerumputan atau pun legume (spesies tanaman dalam keluarga kacang-kacangan) yang bisa dicampurkan,” papar Afton.

Hal ini, kata dia, supaya protein pada pakan cukup tersedia sehingga dapat meningkatkan bobot pada ternak. “Pada saat pemberian pakan silase, sebaiknya tidak diberikan 100% melainkan digabung dengan pakan yang masih segar supaya ternak ingin memakannya,” ujarnya.

Laporan/Foto: Tim Departemen Proteksi Tanaman IPB

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.