Sambi, Kearifan Lokal Desa Pendua Hadapi Rawan Pangan Akibat Bencana

Acara “Temu Warga” untuk menguatkan rancangan Roadmap Sistem Pangan Desa di kantor Desa Pendua, Senin (26/8). (dok. krkp)

Lombok Utara, Villagerspost.com – Pemerintah Desa Pendua, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat membangkitkan kembali Lumbung Pangan komunal di desa. Lumbung pangan atau dalam Bahasa asli Lombok Utara disebut “Sambi”, pada masa silam merupakan tempat menyimpan hasil pertanian pangan sebagai strategi ketahanan pangan keluarga. Namun dengan masuknya budaya pertanian yang hit and run alias berpindah-pindah, membuat Sambi menghilang begitu saja.

Kini masyarakat mulai sadar akan pentingnya keberadaan Sambi sebagai suatu sistem penyangga pangan dalam lingkup desa. Kesadaran ini mulai muncul ketika terjadi gempa pada tahun 2018 silam. Gempa bumi dengan magnitude sampai 7 skala richter yang mengguncang Lombok memporak-porandakan bangunan rumah, sekaligus psikologi warga dan perekonomian di desa Pendua dan sekitarnya.

Perekonomian lumpuh dan kebutuhan pokok yang mendasar bagi manusia yaitu makan harus tetap bisa dicukupi untuk keberlangsungan kehidupan warga desa Pendua. Aktivitas pasar jual-beli komoditas pangan bisa dibilang mati. Padahal warga menggantungkan pangannya dari proses jual beli.

Karena ketika panen, hasil pertanian tanaman pangan hampir semua dijual ke pasaran. Melihat situasi pasca gempa ini, pemerintah desa beserta masyarakat mulai berfikir ulang, bahwa pangan harus ditata supaya masyarakat berdaulat dan mampu pulih secara cepat ketika terjadi bencana alam seperti gempa di akhir tahun silam.

“Sambi atau lumbung bukan lagi dimaknai sebagai tempat menyimpan, tapi harus dimaknai lebih dari itu, yaitu sebagai sistem pangan desa yang memiliki fungsi produksi pangan, menyimpan pangan dan mendistribusikan pangan pada warga dan waktu yang tepat,” Kepala desa Pendua Saudara Abu, pada acara “Temu Warga” untuk menguatkan rancangan Roadmap Sistem Pangan Desa di kantor Desa Pendua, Senin (26/8).

Abu menegaskan, Desa Pendua memiliki keunggulan komparatif utamanya pada sub sektor pertanian, peternakan dan perikanan darat. Luas lahan produksi pangan sekitar 695 hektare terdiri dari lahan produksi padi sawah, lahan produksi palawija, lahan produksi sayur mayur, buah-buahan dan lahan produksi untuk perkebunan.

“Untuk peternakan di antaranya adalah kambing, sapi, ayam kampung, bebek sementara untuk unggulan perikanan darat adalah budidaya ikan nila,” papar Abu.

Mimpi kolektif membangunkan kembali sistem lumbung ini sudah dimulai sejak Mei 2019 lalu. Sejak itu pula pemerintah desa mulai membangun komunikasi dengan para pihak baik dari tataran internal pemerintah desa, pemerintah kabupaten, dan lembaga non pemerintah baik yang ada di Lombok utara maupun lembaga internasional seperti Oxfam di Indonesia. Beberapa tahapan lainnya adalah melakukan pemetaan dan identifikasi sumber pangan di Desa Pendua, menghitung neraca pangan di Desa Pendua, termasuk acara temu warga.

Temu warga ini diikuti oleh berbagai pihak di antaranya adalah warga desa pendua baik mereka yang Bertani maupun tidak, pimpinan Majlis Kerama Desa, kelompok pemuda, kelompok wanita tani, kemudian ada dari dinas Pertanian, dinas ketahanan pangan dan Bappeda Kabupaten Lombok Timur. “Roadmap lumbung pangan desa pendua ini merupakan panduan langkah-langkah kecil untuk mencapai mimpi besar yaitu desa yang cukup pangan dan bermanfaat bagi masyarakat desa,” tutur Abu.

Sumber-sumber pangan yang ada di desa pendua ini cukup banyak dan beragam. Namun dalam konteks ini, identifikasi ditekankan pada sumber karbohidrat yang banyak diproduksi oleh petani di desa pendua. Sumber pangan tersebut adalah tanaman padi.

Padi di Desa Pendua, secara keseluruhan berada pada luasan lahan tanam 315 hektare. Luasan ini setara dengan produksi gabah kering panen (GKP) sebesar 1.575 ton sekali musim. Di Desa Pendua untuk menanam padi sebanyak dua kali, sehingga dalam setahun memproduksi 3.150 ton gabah kering panen (GKP) atau 1.953 ton beras. Sedangkan kebutuhan beras berdasarkan jumlah penduduk desa pendua dengan jumlah 2.653 jiwa adalah 1.827 ton. Angka ini menunjukkan bahwa desa pendua surplus hasil panen sebesar 126 ton ton per tahun.

Surplus dan total produksi ini harus dikelola dengan baik supaya masyarakat dapat terpenuhi pangannya sepanjang tahun, apalagi saat terjadi kejadian luar biasa seperti gempa bumi. Tata kelola dalam bentuk Lumbung pangan komunal inilah yang sedang digagas oleh pemerintah desa pendua.

Pada kesempatan yang sama, peneliti sekaligus Manajer Program Hak Atas Pangan dari Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Hariadi Propantoko mengatakan, lumbung pangan komunal ini merupakan langkah strategis dan mitigatif terhadap kondisi rawan pangan di desa pendua dimana daerah ini cukup rawan dengan musibah gempa bumi.

Strategi Livelihood rumah tangga petani di desa Pendua saat ini memiliki dua pola. Pola pertama adalah menanam tanaman pertanian dimana 75% hasilnya disimpan untuk kebutuhan pangan di dalam rumah tangga. Pola ke dua adalah dengan menjual sisa 25% panenya ke pedagang dan menjual hasil panen pertanian lainnya ke pasaran.

Selain pertanian tanaman pangan, di desa ini terdapat pertanian kebun dan hortikultura. Pertanian kebun diantaranya adalah kopi, kakao, cengkeh, durian, kelapa, pisang dan rambutan. Sedangkan pertanian hortikultura adalah bawang merah, cabai, tomat, kacang panjang, terong dan timun.

Pada kesempatan ini pula, setiap para pihak menyampaikan peran dan kontribusinya untuk tercapainya kebijakan lumbung pangan dan implementasi dari lumbung pangan ke depan. “Dinas akan dengan senang hati dalam mendorong lumbung ini melalui program pemodalan bagi produsen maupun pelaku usaha hortikultura dan mendorong adanya pengolahan hasil panen,” kata Kepala Bidang Ketahanan Pangan, Dinas Ketahanan Pangan Lombok Utara, Munhayadi.

“Saya akan mendorong sepenuhnya untuk optimasisasi pekarangan warga untuk memproduksi hortikultura, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga,” kata Kepala Bidang Keanekaragaman Rumah Pangan Lestari, Dinas Ketahanan Pangan Lombok Utara Sahna.

“Saya tentunya akan komitmen penuh atas eksistensi lumbung pangan ini, komitmen itu dalam bentuk penyusunan peraturan desa dan penganggaran untuk program ini,” kata Abu, sekaligus menutup acara temu warga ini.

Laporan/Foto: Tim KRKP
Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.