Sekolah Setu: Kolaborasi Masyarakat dan Akademisi untuk Penyelamatan Setu Citongtut
|
Bogor, Villagerspost.com – Masyarakat dan para akademisi dari IPB University, melakukan aksi bersih Setu Citongtut, di Desa Cicadas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Aksi bersih tersebut dilakukan pada Minggu (5/6), dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Kegiatan ini juga merupakan bagian dari program “Sekolah Setu” yang digelar IPB, Yayasan Nastari dan Aqua.
Aksi bersih Setu Citongtut ini dilakukan oleh aliansi dari berbagai kelompok masyarakat diantaranya adalah Bank Sampah Resik Desa Cicadas, Gerakan Pungut Sampah, Karang Taruna Desa Cicadas, Nastari, FMIPA IPB dan Aqua. Lewat aksi ini, mereka mengajak setiap pihak untuk bersama-sama bergiat memungut sampah yang ada di setu.
“Bebersih ini adalah Langkah kecil tapi sangat berdampak bagi kelestarian setu kita,” kata Dyan, perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor, di tengah-tengah kegiatan Sekolah Setu.
Hal serupa juga disampaikan oleh Zaenal Abidin, Wakil Dekan FMIPA IPB. Menurutnya ini aksi yang keren, tidak hanya Setunya saja yang bersih, tetapi ada ruang sharing ilmu dari masyarakat ke akademisi, dan sebaliknya. “Kita bisa saling menguatkan dari aksi yang telah dilakukan, kehadiran kami akademisi ini menjadi titik awal untuk keberlanjutan Tridharma perguruan tinggi salah satunya pengabdian kepada masyarakat,” ” ujar Zaenal, yang juga merupakan ahli kimia mineralogi.
Fasilitator lapangan Sekolah Setu Nevky Emiraj mengatakan, Sekolah Setu ini merupakan suatu model kolaboratif dari berbagai pihak untuk saling berbagi ilmu dan saling bergerak untuk mengelola setu lebih berkelanjutan. Di momen ini, setelah memungut sampah dari area setu, peserta aksi melakukan pilah sampah dan dilanjutkan dengan sharing pengetahuan dari masyarakat kepada akademisi lalu sebaliknya.
Memilah sampah menjadi tahapan yang lebih maju untuk mengelola lingkungan setu bebas dari cemaran dan sampah. “Memilah sampah ini adalah Langkah lanjutan agar sampah yang ada disekitar ini menjadi berkah,” kata Danar, Ketua Bank Sampah Resik, Desa Cicadas.
Pemilahan sampah yang tepat sesuai jenis dan karakteristiknya mampu meningkatkan nilai ekonomi yang akan didapatkan ketimbang jika asal menimbang dan menjual tanpa mengelompokkan. Contoh sampah gelas plastik, gelas plastik bening harganya lebih tinggi Rp4000 per kg sedangkan gelas plastik warna hanya Rp2500 per kg.
Wawan Ramdani, selaku masyarakat asli Desa Cicadas juga menyatakan, menjaga setu Citongtut adalah sesuatu keniscayaan yang harus dilakukan. Ia juga menyerukan kepada industri disekitar Gunung Putri untuk ikut serta menjaga Lingkungan.
“Dari setu Citongtut ini kita mulai, kita jaga, janganlah ada sampah atau limbah-limbah lagi dari pabrik masuk ke setu,” ujar Wawan.
Namun yang penting saat ini, kata Wawan, bukan saling menyalahkan. Gerakan beberesih yang dilakukan, menjadi aksi konkret untuk membangun kesadaran yang dibarengi dengan aksi nyata. “Semoga aksi sekolah setu tidak berhenti hanya melibatkan masyarakat sekitar Setu, namun juga merangkul industri untuk bergerak bersama,” tegas Wawan dalam sesi sharing Sekolah Setu.
Menanggapi hal tersebut Budi Rahardjo, manager Sustainability and Agriculture Danone mengatakan, mewujudkannya kelestarian Setu, itu sangat sejalan dengan visi perusahaan. “Kehadiran para pihak yang hadir hari ini sudah lengkap, mari kita bersama kolaborasi menggodok ide antara masyarakat, akademisi, pemerintah, masyarakat sipil, dan industri,” kata Budi.
Laporan: Ferri Stya Budi
Editor: M. Agung Riyadi