Taman Nasional Bunaken Gelar Pembinaan Usaha Ekonomi Kreatif
|
Bunaken, Villagerspost.com – Pembinaan masyarakat desa di daerah penyangga kawasan Taman Nasional Bunaken merupakan salah satu upaya pembangunan berbasis konservasi. Upaya pemberdayaan masyarakat berbasis ekonomi kreatif adalah salah satu program yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat di daerah penyangga kawasan Taman Nasional Bunaken.
Program ini diyakini akan memberikan dampak positif, yaitu membina sumber daya manusia di pedesaan dengan pendekatan pendidikan, keahlian, dan kapasitas serta pengembangan potensi yang terdapat di desa guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan ekonomi kreatif merupakan pola pengembangan kewirausahaan yang menopang kegiatan usaha dengan pemanfaatan potensi alam.
Untuk itu, pihak Taman Nasional Bunaken menggelar acara pembinaan usaha ekonomi kreatif di kawasan Penyangga Taman Nasional Bunaken. Acara tersebut dilaksanakan selama dua hari dari tanggal 20–21 Oktober 2017 bertempat di Hotel Formosa Manado. Para peserta kegiatan ini adalah perwakilan kelompok masyarakat dari bagian pulau-pulau, pesisir utara, dan pesisir selatan.

Hadir sebagai pembicara antara lain dari mitra seperti Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulawesi Utara Ir. Ronald Sorongan, M.Si yang menyampaikan program bantuan untuk kelompok masyarakat. Kemudian, Fasilitator DMO Bunaken Prof. Dr. Winda Mercedes Mingkid yang memberikan materi terkait dengan pembangunan kemitraan pada Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Bunaken.
Hadir pula sebagai pembicara Dr. Rignolda Jamalludin dari LPM Universitas Sam Ratulangi yang memaparkan materi terkait dengan pengorganisasian kelompok masyarakat. Kemudian, akademisi Dr. Hengky Walangitan dari Jurusan Kehutanan Universitas Sam Ratulangi yang memaparkan materi mengenai studi kelayakan usaha ekonomi kreatif masyarakat.
Dalam kesempatan itu, Rignolda Jamalludin mengatakan, pelaku dalam ekonomi kreatif dapat dikategorikan usahawan lokal yang memiliki ketrampilan, kemampuan saling bertukar informasi dan menguatkan diri saat mengembangkan usaha. “Ekonomi kreatif menitik beratkan pada upaya optimalisasi kreativitas berbasis sumberdaya manusia dengan menghindari eksploitasi sumber daya alam sehingga terwujud kegunaan yang berkesinambungan,” ujarnya.

Sementara itu, Winda Mercedes Mingkid mengatakan, aalah satu yang menjadi kendala dan hambatan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui usaha ekonomi kreatif adalah kurangnya pengetahuan masyarakat terkait dengan pengembangan usaha ekonomi kreatif. “Juga belum optimalnya sinergitas berbagai komponen program pemberdayaan dalam satu program terpadu selain dari minimnya data dan informasi di lapangan terkait potensi yang dikembangkan,” paparnya.
Pada kesempatan itu, dalam arahannya Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ir. Wiratno mengatakan, pengembangan ekonomi kreatif menggerakan masyarakat sebagai subyek atau pelaku utama pembangunan dalam kawasan Taman Nasional Bunaken. “Cara baru dalam kelola kawasan konservasi dilakukan melalui pelibatan masyarakat,” terangya.

Masyarakat sebagai subyek atau pelaku utama dalam berbagai model pengelolaan, pengembangan daerah penyangga melalui ekowisata, pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK), jasa lingkungan, patroli kawasan, penjagaan kawasan, restorasi kawasan, pengendalian kebakaran, budidaya dan penangkaran satwa. Sementara, lembaga otorita seperti kawasan Taman Nasional Bunaken dapat bermitra dengan kelompok-kelompok masyarakat, karena dengan berkelompok akan dibangun sikap saling menghargai, menghormati dan tenggang rasa.
Dalam waktu dekat terdapat 2 kelompok masyarakat yaitu Cahaya Tatapaan dan Cahaya Trans yang akan melakukan kemitraan dengan Balai Taman Nasional Bunaken dalam Pengelolaan Akses Area Perikanan di Zona Tradisional.
Laporan/Foto: Eko Handoyo, Manajer Kampanye Pride Bogor 6 di Balai Taman Nasional Bunaken, Jurnalis Warga untuk Villagerspost.com