Tiza Mafira, Perangi Sampah Plastik, Diganjar Penghargaan Ocean Heroes 2018

Kampanye bebas sampah plastik (dok. greenpeace)

Jakarta, Villagerspost.com – Sebuah prestasi membanggakan dicatatkan oleh seorang perempuan Indonesia. Dia adalah Tiza Mafira (34) tahun, seorang pengacara dan Direktur Gerakan Diet Kantong Plastik Indonesia (GIDKP). Sejak 2013, Tiza telah mengkampanyekan pengendalian dan penghapusan plastik sekali pakai. Atas upaya memerangi sampah plastik itu, Tiza Mafira pun diganjar Badan Lingkungan PBB (UN Environment) dengan penghargaan sebagai salah seorang Ocean Heroes 2018.

“Saya berterimakasih kepada Badan Lingkungan PBB yang telah memberi apresiasi pada upaya-upaya yang telah kami lakukan selama ini. Sungguh tidak diduga dan merupakan kejutan yang menyenangkan karena ternyata UN Environment menghargai perjuangan kami untuk mengurangi pencemaran di lautan,” kata Tiza, dalam siaran pers yang diterima Villagerspost.com, Selasa (12/6).

Dia menegaskan, mendedikasikan penghargaan itu kepada rekan-rekannya di GIDKP, pemerintah ddaerah dan kementerian yang telah bekerjasama dengan kami untuk mendorong plastik tidak gratis atau penghentian plastik sekali pakai. “Saya optimis kita bisa mencapai tujuan ini bersama-sama” katanya.

Sampah plastik saat ini menjadi isu global dan jika kita tidak mengubah kebiasaan, maka diprediksi di lautan akan ada 1 ton plastik untuk setiap 3 ton ikan pada 2025. Jika situasi tak berubah, pada 2050 akan lebih banyak plastik dibanding ikan. Laut memiliki manfaat yang sangat besar untuk kehidupan manusia baik secara ekonomis, ekologis maupun estetis. Namun lautan saat ini mendapat tantangan besar berupa sampah plastik yang merusak lingkungan laut beserta biota di dalamnya.

Peduli pada situasi ini, GIDKP pada tahun 2015 lalu meluncurkan petisi meminta pengecer tidak lagi memberikan kantung plastik secara gratis. Tahun berikutnya, uji coba nasional kantong plastik berbayar diperkenalkan. Setelah enam bulan, ada pengurangan penggunaan kantong plastik yang signifikan (55%).

Meski uji coba ini dihentikan karena tidak tercapai kesepakatan diantara semua pihak, beberapa provinsi berinisiatif menyiapkan peraturan mereka sendiri dan dua kota di Indonesia telah melarang kantong plastik di toko ritel modern.

Meski begitu, Tiza optimis kota-kota besar di Indonesia mampu mengambil keputusan tepat dan bijak untuk mengatasi pencemaran plastik. Terbukti, setelah periode uji coba kantong plastik tak gratis, beberapa kota melanjutkan kebijakan itu dengan inisiatif mereka sendiri.

Salah satunya adalah Kota Banjarmasin, yang menunjukkan komitmen dengan menghentikan peredaran kantong plastik di semua ritel. Selanjutnya, Kota Balikpapan juga telah menyusul dengan mengeluarkan peraturan penghentian kantong plastik di ritel efektif Juli 2018.

Dengan dorongan aktif dari GIDKP dan dukungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Kota Banjarmasin, pada bulan Februari yang lalu, 24 daerah menyatakan komitmen mereka untuk merumuskan strategi pengurangan sampah kantong plastik. Langkah ini dilakukan untuk merumuskan strategi nyata mengurangi sampah kantong plastik di ruang-ruang publik, termasuk di laut.

Atas upayanya memerangi sampah plastik ini, Tiza juga mendapatkan apresiasi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). “Kami bangga anak muda Indonesia seperti Tiza mendapat penghargaan dari UN Environment sebagai salah satu Ocean Heroes 2018. Pencemaran di laut dan samudera Indonesia yang sangat luas membutuhkan champions dan leaders, terutama dari kelompok generasi muda seperti Tiza dan kawan-kawan,” kata Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP Brahmantya S. Poerwadi.

Dia mengatakan, upaya pengendalian dan pengurangan pencemaran plastik mulai dari kantong kresek dan sampah plastik lain di daratan, terutama di kota-kota/kabupaten-kabupaten pesisir dan sungai, berperan penting untuk mengurangi pencemaran plastik di laut dan samudera kita. “Kami harap penghargaan bergengsi ini kepada Tiza dapat menginspirasi lebih banyak pihak dan mendukung pencapaian target Indonesia membebaskan laut kita dari pencemaran plastik pada 2025,” jelas Brahmantya.

Apresiasi juga datang dari Direktur Persampahan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Novrizal Tahar. Dia berpendapat, Tiza adalah anak muda Indonesia yang punya idealisme dan konsisten dengan visinya. “Ide yang fenomenal didorong Tiza bersama kawan-kawannya adalah saat membangun gerakan masyarakat ‘kantong plastik tak gratis’ tahun 2016,” kata Novrizal.

Dia menegaskan, isu kantong belanja sekali pakai merupakan isu yang tidak ringan, karena banyak mendapatkan tantangan dari pihak-pihak yang terganggu dengan kenyamanan status quonya. “Namun demikian, sebetulnya kita sudah punya perangkat peraturan yang memadai, tinggal pelaksanaan di daerah dan pengawasannya yang harus ditingkatkan,” tambah Novrizal.

Editor: M. Agung Riyadi

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.