Transmigrasi Mendorong Ekonomi Kawasan Perbatasan
|
Jakarta, Villagerspost.com – Kawasan perbatasan diakui memiliki potensi ekonomi yang tinggi meski kondisinya masih tertinggal dibandingkan dengan kawasan lain. Karena itu, untuk mendorong tumbuhnya ekonomi di kawasan perbatasan, pemerintah terus menggalakkan program transmigrasi.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) Marwan Jafar mengatakan, potensi ekonomi kawasan perbatasan dapat dikembangkan, selama program transmigrasi dapat berjalan dengan baik. “Ada banyak potensi ekonomi yang ditemukan di daerah-daerah tertinggal. Baik potensi di bidang perkebunan atau bidang pertanian, sangat disayangkan kalau potensi ini dibiarkan begitu saja,” ujarnya, di Jakarta, (26/1) seperti dikutip kemendesa.go.id.
Terkait hal ini, Marwan telah membuat indeks promosi transmigrasi untuk daerah perbatasan. Hal tersebut dilakukan, untuk mengeluarkan daerah tersebut dari kata tertinggal dan menjadi kawasan yang bernilai ekonomi tinggi.”Terdapat 41 Kabupaten yang berada di daerah perbatasan. Untuk itu, kita telah melakukan promosi agar masyarakat bertransmigrasi ke daerah-daerah tersebut, agar keluar dari ketertinggalan,” ujarnya.
Selain dapat mengembangkan potensi sumberdaya alam di daerah perbatasan, Marwan mengatakan, transmigran juga dapat memberikan peluang kerja bagi masyarakat lainnya. Jika daerah perbatasan sudah berkembang, hal ini dapat menarik perhatian masyarakat Indonesia yang bekerja di luar negeri untuk kembali ke Indonesia.
“Dengan adanya kawasan transmigrasi di perbatasan, peluang untuk meningkatkan ekonomi perbatasan semakin tinggi, peluang kerja masyarakat juga akan meningkat. Tentunya ini akan menarik perhatian masyarakat kita yang bekerja di luar negeri untuk kembali ke Negara kita,” ujarnya.
Kemendesa PDTT, kata Marwan, berupaya memaksimalkan berjalannya program transmigrasi meski anggaran transmigrasi tergolong minim. Marwan mengaku akan tetap memperjuangkan program tersebut.
“Dalam 15 tahun terakhir, anggaran untuk transmigrasi ini tidak pernah naik bahkan turun. Tapi saya akan tetap berkomitmen untuk program ini. Dalam waktu dekat kita akan melakukan hearing untuk membicarakan lagi tentang program-program yang bersentuhan dengan transmigrasi. Capaian transmigrasi harus lebih tinggi,” tegasnya.
Jadi Kawasan Elit
Sebelumnya, Marwan Jafar juga berharap kawasan transmigrasi dapat berkembang menjadi daerah elit. Hal itu diungkapkan Marwan dalam kunjungannya ke Desa Sumber Alaska, Kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, Minggu (24/1).
Dalam kunjungan itu, Marwan menyerahkan bantuan untuk pembangunan pemukiman transmigrasi. Bantuan yang bersumber dari APBN 2016 yang berupa 50 unit gentong plastik, 100 unit sumur gali, 25 unit dana TP, 71 unit gentong plastik, 142 unit sumur gali, 36 unit jln desa 2,7 km, rumah petugas, 1 unit kantor, dan unit 1 unit gedung Sekolah Dasar 3 lokal.
Dengan bantuan itu Marwan berharap citra kawasan transmigran yang dulunya terkesan sebagai kawasan yang tertinggal dapat berubah menjadi kawasan elit. “Bantuan diharapkan bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya dan menjadi stimulus bagi masyarakat di pemukiman transmigrasi agar lebih sejahtera. Citra transmigrasi harus kita ubah, agar masyarakat tidak lagi ragu untuk menjadi transmigran,” ujarnya.
Selain beberapa bantuan tersebut, Menteri Marwan juga memberikan bantuan program untuk Kabupaten Kapuas. Untuk tahun 2016 ini diantaranya sudah disiapkan program seperti bantuan rumah dalam rangka revitalisasi lokasi eks PLG, bantuan pangan beras non beras, batuan alat produksi pertanian, obat-obatan kesehatan dan rujukan pasien.
Selain itu ada juga bantuan berupa sarana rumah ibadah, perlengkapan gedung SD, insentif petugas upt dan petugas lintas sektor di lapangan. Kemudian bantuan pendampingan, alat pengolahan hasil pertanian, alsintan, stimulan modal, pelatihan kewirausahaan, rehabilitasi dan peningkatan sarana prasarana.
Sebagai informasi, UPT G1 Dadahup yang terletak di desa Sumber Alaska, Kecamatan Dadahup Kabupaten Kapuas merupakan salah satu UPT dari 37 UPT di Kawasan Pengembangan Lahan Gambut Satu Hektar. Dengan luas wilayah 1.312 hektare UPT ini telah ditempati warga transmigrasi sejak tahun 1998 dengan 550 Kepala Keluarga dengan 2.526 Jiwa dan sekarang sudah berkembang menjadi 3.728 Jiwa.
Diawal penempatan, warga transmigran yang berada di UPT Dadahup G1 lebih banyak memanfaatkan bidang pertanian sebagai sumber mata pencahariannya. Seiring perkembangan kini warga transmigran sudah berkembang ke bidang lainnya sebagai sumber mata pencaharian, yakni dibidang perkebunan yang mendominasi adalah komoditi kelapa sawit dan karet.
Bahkan sejak tahun 2006, disekitar kawasan transmigrasi Dadahup G1, sudah ada dua perusahaan besar swasta kelapa sawit, yaitu PT globalindo Agung Lestari dan PT Lifere Agro Kapuas. “Oleh karena itu, kita harus terus memperbaiki citra kawasan transmigrasi yang sebelumnya tekesan sebagai kawasan tertinggal menjadi kawasan elit yang bisa menarik para investor,” kata Marwan. (*)