Kelompok Tani Kasih Mila, Inisiatif Berbuah Panen Jagung Lokal

Jagung varietas lokal yang dikembangkan kelompok tani Kasih Mila (dok. villagerspost.com/rahmat adinata)
Jagung varietas lokal yang dikembangkan kelompok tani Kasih Mila (dok. villagerspost.com/rahmat adinata)

Sumba, Villagerspost.com – Kelompok Tani Kasih Mila, dari desa Kadi Wano, Kecamatan Wejewa Timur, Sumba Barat Saya, Nusa Tenggara Timur, bisa jadi contoh, kalau petani mau berinisiatif mencari jalan meningkatkan kapasitas diri, mereka akan sukses. Berkat inisiatif anggota untuk bisa terlibat dalam pelatihan Pertanian Koservasi Selaras Alam (PKSA), kini kelompok tersebut menuai buah manis berupa keberhasilan melakukan panen jagung varietas lokal.

Ini tentu menjadi kejutan karena sebelumnya, justru kelompok tani tersebut malah tak masuk hitungan. “Tadinya kelompok ini sejujurnya bukan sasaran program Donders dalam menerapkan Pertanian Koservasi Selaras Alam (PKSA),” kata pendamping PKSA kelompok Kasih Mila Julius Kulla, kepada Villagerspost.com, Selasa (10/1).

Namun mereka kemudian berinisiatif untuk meminta pendampingan setelah setelah mendengar adanya sosialisasi dari Koordinator PKSA dari Yayasan Donders Ayub Ady Kiuk. “Mereka membentuk sebuah kelompok minta dibimbing,” ujar Julius menambahkan.

Theresia Loda, anggota kelompok tani Kasih Mila, di lahan jagung milik kelompok (dok. villagerspost.com/rahmat adinata)
Theresia Loda, anggota kelompok tani Kasih Mila, di lahan jagung milik kelompok (dok. villagerspost.com/rahmat adinata)

Keinginan kuat untuk maju tersebut tak sia-sia. Saat ini sedang merasakan panen jagung lokal berkat program Pertanian Konsevasi Selaras Alam dari Yayasan Pengembangan Kemanusiaan Donders (YPKD) Sumba Barat Daya. Program itu sendiri didukung oleh organisasi pangan dunia FAO.

Terkait pilihan menanam jagung lokal, Julius Kulla menegaskan, bibit merupakan kunci atau rohnya petani. Kalau tak mandiri benih, petani akan menjadi objek permainan mafia pangan. “Bisa saja bibit hibrida atau bibit baru yang ditanam membawa penyakit baru, petani kan tidak tahu. Berbeda dengan bibit yang sudah adaptasi dengan daerah setempat,” ujarnya.

“Jagung itu merupakan tanaman pangan khas Sumba jadi harus dipertahankan keasliannya dari kepunahan. Apalagi kami sekarang sudah mulai belajar menerapkan teknik pertanian konservasi, maka hasil yang didapat setiap kali panen sangat memuaskan,” kata Theresia Loda, sebagai penggerak kelompok Kasih Mila.

Jagung varietas lokal siap dipanen (dok. villagerspost.com/rahmat adinata)
Jagung varietas lokal siap dipanen (dok. villagerspost.com/rahmat adinata)

Menurutnya lagi, dengan menerapkan pola PKSA, meski luas lahan hanya 28 are (2800 meter persegi-red), hasil panennya bisa sama dengan kelompok yang memiliki luas lahan 50 are (5000 meter persegi), namun menerapkan sistem konvensional. “Sistem kerja ringan, terlebih ini kan tidak menggunakan kimia jadi petani tidak dibuat ketergantungan. Selain itu pangan yang dihasilkan sehat untuk anak bangsa,” jelas Theresia.

Direktur Yayasan Pengembangan Kemanusiaan Donders (YPKD) Pater Mike M. Keraf mengatakan, di Pulau Sumba, pola pertanian konservasi merupakan kebutuhan sekaligus jawaban dalam mewujudkan ketahanan pangan daerah. Namun yang harus digarap terlebih dahulu adalah ketahanan pengetahuan petaninya.

“Bibit jagung lokal harus diselamatkan melalui pertanian konservasi di tingkat petani, bila tidak, rawan pangan akan mengancam sebab terseret oleh bibit jagung hibrida,” ujarnya.

Laporan/Foto: Rahmat Adinata, Petani Organik, Anggota Gerakan Petani Nusantara

Facebook Comments

Add a Comment

Your email address will not be published.